Bagi anda yang menggeluti dunia per-metal-an apalagi perbesian
atau lebih tepatnya per-alloy-an,
maka sudah pasti anda akan menemui banyak macam jenis dari yang namanya steel
(baja). Ga usah disebutin satu-satu karena akan banyak dan panjang
pembahasannya.hehe. Yang ingin spesifik dibahas dalam tulisan kali ini adalah
tentang High Speed Steel (HSS) Roll.
HSS roll seperti namanya, dalam aplikasi di industri diproduksi dengan cara di rolling setelah proses pencampuran logam
ketika cair. Adapun komposisi yang membuat baja jenis ini spesial adalah
sebagai berikut 0.92% C, 0.42% Si,
0.27% Mn, 0.027% P, 3.93% Cr, 6.12% W, 4.77% Mo, 0.39% Ni, 1.74% V, 0.17% Cu, 4.59%
Co, 0.018% Al, 0.018% N (*Catatan: persentase komposisi tersebut, hanya salah
satu contoh saja, produk HSS Roll lainnya memiliki variasi % komposisi lainnya)
dengan komposisi seperti itu, karakteristik yang pasti muncul dari steel jenis
ini adalah kekerasannya yang tinggi. Diketahui dari berbagai sumber kekerasan
steel jenis ini bisa mencapai 66 HRC.
Dengan kekerasaan tersebut aplikasi dari steel jenis ini
biasanya digunakan untuk perkakas, alat potong dan lain-lainnya. Pertanyannya kemudian
adalah kenapa baja jenis ini memiliki kekersan yang cukup tinggi. Jawabannya adalah
karena pengaruh dari element-element tambahan yang ada di dalmnya. Element
seperti Cr, Mo, V dan W mampu menciptakan presipitasi berupa karbida yang
sangat keras.
Kalau bagi anak material sudah sangat jelas teori dasar
mengapa precipitate mampu membuat
material/bahan menjadi sangat keras. Sebagai analogi mungkin bisa diceritakan
sebagai berikut. Persipitasi itu ibarat penghalang disebuah jalan, kalau kita
ingin berjalan tapi banyak penghalang maka kita butuh usaha yang lebih untuk
melewati penghalang tersebut, mulai dari harus loncat, mendorong penghalang
tersebut pindah sampai harus menghancurkan penghalang tersebut. Naah, mekanisme
itulah yang terjadi ketika kita berusaha memecahkan, memutuskan, merusak atau
menghancurkan sebuah material/bahan. Kita harus melakukan usaha untuk mampu
melewati batas usaha minimum agar bahan
tersebut rusak. Dikarenakan adanya penghalang (persipitat) maka usahanya pun
semakin bertambah besar, sehingga kalau dikaitkan dengan nilai kekerasan atau
kekuatan suatu bahan/material otomatis kalkulasi kekerasan dan kekuatan
material tersebut sampai dia patah juga besar. Sebenarnya ada mekanisme lain
kenapa suatu material/bahan bisa memiliki kekuatan,kekerasaan, ketangguhan yang
berbeda-beda. Persipitasi hanya sebagian saja.
Kembali ke HSS roll, kemampuan material ini dalam memiliki
kekuatan yang cukup tinggi bisa dilihat dari microstructure nya. Berikut adalah
gambar microstructure nya:
Dari gambar tersebut dapat dijelaskan bahwa kekerasan yang
dimiliki oleh HSS Roll selain dari persipitasi juga dari matrik nya yang
merupakan martensit. Marensit ini terbentuk karena adanya pengaruh dari
element-element tambahan, selain itu juga ada yang di dapat dari temper martensite.
(Apa itu temper martensite, mudah-mudahan nanti saya bisa membahasnya di blog
ini). Dengan matriksnya yang martensite dan berbagai jenis carbida yang
terbentuk maka material ini tidak aneh kalau terus dikembangkan untuk mencapai titik
optimum sifat-sifatnya, terutama sifat kekerasaan dan kemampuan aus nya. Adapun
cara untuk mencapai titik optimum tersebut dengan cara heat treatment yang
tepat maupun dengan cara penambahan element lain.
Salah satu element lain yang dapat ditambahkan dalam HSS
Roll adalah Titanium (Ti). Saya akan coba mengulas tentang pengaruh Titanium
dalam HSS Roll yang saya dapatkan dari berbagai sumber. Titanium diketahui memberikan
efek terhadap timbulnya nukleasi baru dalam HSS Roll sehingga adanya Ti mampu
meningkatkan jumlah carbide yang terbentuk. Adapun jenis carbide yang terbentuk
adalah MC carbide. Dikarenakan kemampuan
afinitas atom carbon yang tinggi maka adanya Titanium mampu mengikat carbon
tersebut menjadi fasa tersendiri yakni TiC atau dengan kata lain mencegah
terbentuknya fasa carbon secara mandiri di dalam microstructure. Selain itu,
penambahan Ti juga mampu menggeser posisi Vanadium yang notabene element paduan
untuk terdissolve ke dalam matrix. Ketika
Vanadium terdissolve di dalam matrix,
vanadium akan membentuk fasa baru dengan matrix yang diketahui berupa carbide M3C4.
Fasa baru yang terbentuk ini disebut dengan second hardening proses. Mengapa
second hardening? Karena dengan terbentuknya M3C4 HSS
Roll semakin memiliki kekerasan yang meningkat, selain dikarena adanya primary carbide berupa TiC.
Selain itu, efek dari penambahan Ti adalah mengecilnya fasa
eutectic di dalam HSS Roll. Diketahui salah satu kendala yang membuat HSS Roll
memiliki tingkat kegetasan yang tinggi adalah berkumpulnya karbida pada batas
butir dan membentuk keterkaitna yang besar sehingga menjadi titik lemah dari
sebuah material. Keterangannya bisa dilihat dalam gambar di samping ini.
Gambar paling atas menunjukkan microstructure HSS Roll tanpa
Ti sedangkan gambar di bawahnya adalah microstructure setelah penmabahan
Titanium. Mengecil dan menyebarnya karbida yang biasanya berada pada batas
butir adalah konsekuensi bergesernya reaksi eutectic pada saat proses
solidifikasi material ini.
Keterangan lebih
lengkap yang sedang saya dan rekan laboratorium teliti terkait HSS Roll
dengan penambahan Ti adalah penggambaran
secara mendalam dengan menggunakan Transmission Electron Microscope
(TTM) dan
menganalisa nya melalui Selected Area Diffraction Pattern (SADP). Dengan
penggambaran tersebut diharapkan akan di dapat keterangan lebih
meyakinkan terkait Titanium karbida serta penyebarannya di dalam
microstructure.
Komentar
Posting Komentar