Langsung ke konten utama

Carbon Fiber Reinforcement Thermoplastic (1)



Artikel kali ini ingin mengulas sedikit tentang Carbon Fiber (CF) composite. melanjutkan artikel sebelumnya yang sedikit menyinggung curcolan saya terkait CF, kali ini saya ingin lebih luas membahas terkait aplikasi, perkembangan dan metode pembuatan CF serta komposit nya dengan metode kekinian.^^
 CF sebagai single element (tanpa dibuat komposit) setiap saat mengalami perkembangan, terutama dari segi kemampuan mekaniknya. Banyak produsen yang berlomba-lomba membuat CF dengan kualitas terbaik, salah satunya adalah Toray Company, salah satu perusahaan asal Jepang yang mendominasi pasar CF di dunia. Berikut adalah beberapa produk CF dengan  mechanical properties yang dimilikinya hasil produksi beberapa perusahaan :

 
Salah satu produk terbaru dari Toray yang memiliki kemampuan mechanical properties tertinggi yakni T1100G. Type CF ini adalah produk terbaru yang diluncurkan bulan Maret 2014. Saya sendiri mencoba memesan CF jenis ini, namun harganya yang selangit serta materialnya yang hanya diproduksi di Jepang ditambah masih menjadi “secret material” bagi perusahaan dan Negara menyebabkan urung untuk membelinya.hehe

Secara singkat pembuatan CF dapat dijelaskan dengn gambar-gambar berikut:

Raw material dari CF yang paling umum adalah PolyAcryoNitrile(PAN) walaupun ada beberapa penilitian lain yang mencoba menggantikan jenis raw material ini. Salah satunya lignin (bisa di lihat di video ini ).
PAN ketika reaksi pembentukan CF akan membentuk cycle chain akibat dari panas yang diberikan saat awal pemrosesan. Penambahan panas hingga 700 C dalam proses selanjutnya akan menyebabkan atom hydrogen keluar dari rantai utama membentuk gas hidrogen (H2) sehingga rantai utama menjadi aromatic (cincin pyridine). Proses selajutnya adalah proses pemanasan bertahap sehingga antarrantai pyridine menyatu membuat gabungan rantai baru yang sangat kuat yang disebut dengan Carbon Fiber.
Perbedaan teknik dalam proses pembuatan ini dan treatments yang dberikan membuat perbedaan karakteristik dari CF.



Dalam aplikasi pembuatan CF composite, biasanya digunakan polymer sebagai matrixnya. Adapun jenis polimer yang sudah sering digunakan adalah jenis termoset terutama Epoxy. Namun, era kekinian dengan alasan lebih ramah lingkungan, waktu produksi yang lebih cepat serta alasan lainnya, penggunaan termoset sudah mulai dikurangi dan digantikan dengan penggunaan thermoplastic. Penggunaan thermoplastic sebagai matrix walaupun belum menyamai kemampuan mechanical properties yang diperoleh termoset tetap menarik sehingga penilitian penggunaan marix jenis ini selalu berkembang. Termasuk penilitan yang akan saya laksanakan.

Jika kita membahas masalah composite maka kita tak akan lepas dari konsep dasar pembuatannya, yakni teori “rule of mixture” yang menerangkan tentang jumlah komposisi dari fiber dan matrix sehingga kita akan menemukan prediksi kondisi dari composite yang akan diperoleh.

 
Selain itu, hal lain yang mempengaruhi sifat dari composite adalah degree of adhesion at interface and interphase atau ikatan yang terjadi antara fiber dan matrix. Interphase adalah area dimana fiber dan matrix memiliki kombinasi ikatan, baik itu ikatan kimia maupun ikatan mekanis. Keterangan terkait interphase dan interface bisa dilihat pada gambar disamping.
Ikatan yang lemah antara fiber dan matrix akan menyebabkan transfer energy ketika composite mengalami pembebanan tidak efektif. Alhasil, composite yang terbentuk tidak akan memiliki mechanical properties yang baik. Oleh karena itu hal terpenting dalam pembuatan composite adalah bagaimana membuat ikatan antara fiber dan matrix tersebut seoptimum mungkin. 

Ada banyak cara untuk mensiasati terbentuknya ikatan antara fiber dan matrix menjadi kuat, dan dapat digolongkan menjadi 3 golongan besar yakni dengan melakukan perlakuan pada permukaan fiber (surface treatments), penambahan coupling agents (penguat ikatan) dan penentuan arah fiber pada saat pembuatan composite. Selain tentunya pemilihan proses yang benar ketika pembentukan composite juga akan mempengaruhi hasil.

Untuk melakukan surface treatments banyak sekali cara yang dapat dilakukan, beberapa diantaranya terangkum dalam gambar bagan dibawah ini :  


Keefektivitasan surface treatment itupun beragam, yang pasti treatment tersebut akan meningkatkan mechanical properties dari CF composite.

Pembahasan lebih lanjut tentang Carbon Fiber Reinforcement Thermoplastic, akan dilanjutkan dalam artikel yang lain. Silahkan menunggu.hehe










Komentar

  1. tolong dijelaskan detailnya kenapa carbon fiber bisa lebih kuat...?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Alasan mengapa (single) carbon fiber (CF) memiliki kekuatan yang "super" adalah karakteristik dari struktur atom yang terbentuk..seperti yang dijelaskan dalam gambar, proses pemanasan yang dilakukan bertahap dan dalam suhu yang tinggi menyebabkan CF memiliki struktur honeycomb yang berulang dan panjang kesatu arah, sehingga kekuatanya kuat disatu arah

      Hapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Second Level CMAS Diving License

Beberapa waktu lalu kembali mendpatkan kesempatan untuk melatih skill diving bareng teman-teman teknik. Ini adalah program kelanjutan "naik tingkat" setelah beberapa bulan sebelumnya mengikuti pula pelatihan untuk mengambil basic diving. Sama seperti basic diving yang di dapat dulu, sebelum terjun langsung ke laut, kami digojrot dulu di kolam renang sehari sebelumnya, full dari pagi sampai sore. Dilatih dasar berenang, bernafas, menahan nafas, memasang alat dan lain sebagainya. Yang berbeda untuk second level ini kami mengambil license dari POSSI ( Persatuan Olahraga Selam Seluruh Indonesia) yang menginduk pada organisasi international CMAS (Confederation Mondiale Activities Subacuatiques) sedangkan ketika first  level kami dapat dari SSI(Scuba Skill International). Bedanya apaa?? Saya juga tidak tahu banyak, sedikit penjelasan yang saya tahu bahwa kalau SSI biasa digunakan oleh orang yang ingin menagabil license "hanya" sekedar untuk selam hiburan dan l

Tentang Kelengkapan Laboratorium Hingga Segitiga Ideal

Pernah kah anda menghitung harga satu lembar kertas tissue yang anda gunakan? Kalau belum, coba anda hitung dengan cara membagi harga tissue yang anda beli dengan jumlah helai kertas tissue yang didapatkan. (Ga ada kerjaan amat siih. Hehehe) Hari ini saya menghitung kertas tissue yang ada dalam foto di bawah ini: Kimtech Tissue Tahukah anda berapa harga per lembarnya? Harganya adalaaaahh (jreeeeng jreeng jreeeng) 170 KRW atau jika diasumsikan 1 KRW= 11 IDR maka harganya sama dengan Rp. 1.870,- Ya harganya segitu, jangan heran ya (entah karena kemahalan atau begitu murah, tapi bagi saya sih, Muahaal bingiiit) hehehe. Tissue ini adalah salah satu bahan “sepele” yang digunakan dalam keseharian kami beraktivitas di laboratorium. Kami mengunakannya untuk mengelap beberapa alat praktikum dan beberapa bahan uji yang membutuhkan pengeringan yang baik.Saya menemukannya baru ketika di negeri ini (korea .red), padahal dunia laboratorium bukan lah hal asing bagi saya di Indonesia.

Surface Hardening

Untuk merefresh kembali materi kuliah ketika S1 dulu, saya ingi mengulang kembali beberapa materi yang mungkin nanti akan jadi makanan keseharian saya di laboratorium pengembangan paduan (Alloy Development) di Yeungnam University ini. Materi pertama yang ingin saya review adalah tentang proses pengerasan pada permukaan material. Beberapa hal yang menjadi alasan untuk melalkukan surface treatment diantaranya sebagai berikut : -        Menaikain ketahanan Aus -        Menaikkan kekerasan permukaan hingga sedalam 0,1 -0,5 mm -        Menambah ketahanan permukaan terhadap beban mekanis -        Memperbaiki ketahanan fatik Proses pengerasan pada material dapat dibagi menjadi 2 macam penggolongan yakni pengerasan secara termal/ selective heat treatment dan secara termokimia . Berikut adalah penjabaran dari masing-masing jenis pengerasan tersebut. A. Termal/Selective Heat Treatment Proses selective heat treatment dilakukan dengan beberapa prosedur yakni material ya