Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari 2019

Sinar Matahari Cair

Hari ini ketika mengirimkan doa berupa bacaan al-fatihah untuk semua guru – guru yang telah mengajarkan saya berbagai ilmu, saya terhenti dan tiba – tiba tersenyum ketika membayangkan wajah salah satu guru SMA favorit saya Pak xxxxxx . Saya terseyum karena ingin rasanya ngobrol – ngobrol dengan beliau lebih khusus lagi melanjutkan tema “diskusi” kami di tahun 2005 ketika saya duduk di kelas 1 SMA. Saya ingin berdiskusi kembali dengan beliau, tentang apa yang sekarang saya pelajari dan tentang “tantangan” yang pernah beliau berikan. Alkisah pada sebuah bab fisika di kelas 1 SMA, kalau tidak salah ingat ketika itu sedang mebahas terkait dengan perpindahan energy panas melalui induksi, konveksi dan radiasi. Ketika beliau selesai menerangkan, saya mengangkat tangan lalu bertanya kepada beliau “Pak mungkin tidak petir/halilintar itu kita jadikan pembangkit listrik? Jadi kalau ada petir kita tangkap petirnya terus kita masukkan kedalam sebuah baterai untuk menjadi listrik?” Saya berta

Setiap yang Berpuasa Pasti akan Bertemu Masa Berbuka

Diiingin!! Senin pagi yang dingin adalah lawan terberat memulai hari setelah libur akhir pekan. Sudah hampir dua minggu terakhir suhu pagi hari di luar rumah semakin menunjukkan penurunan karena periode winter yang semakin dekat. Saya seperti biasa bersiap-siap berangkat menuju kampus, setelah rapih menggunakan baju dan sepatu langsung dilanjutkan mencari helmet, sarung tangan dan masker penutup hidung plus telinga sebelum menuju parkiran sepeda. Aaaaah, saya baru teringat ketika tidak menemukan helmet dan masker ditempatnya, kalau jumat minggu sebelumnya saya pulang dari laboratorium menggunakan bus dan saya tinggalkan sepeda diparkiran dekat kampus. Jadilah senin pagi ini saya memiliki dua opsi, pergi ke halte bus untuk menunggu bus datang atau menyetop taksi di jalan depan rumah. Opsi kedua saya pilih karena pagi ini saya ingin cepat-cepat sampai kampus.   3 menit menunggu, taksi datang. Setelah saya mengucapkan salam dan menginformasikan tujuan, pengemudi taksi kembali men

“…Karena Kita Tidak Tahu Hidup Akan Membawa Kita Kemana…”

Rekan – rekan, mari kami kenalkan dengan sebuah komunitas unik yang berada di tanah rantau. UT Korea nama komunitas tersebut. Komunitas yang sudah berusia 9 tahun yang terus memberikan kejutan-kejutan disetiap masanya. Komunitas yang berdiri dan dikelola oleh rekan – rekan mahasiswa S2 – S3 Indonesia di Korea Selatan melalui PERPIKA dan dibantu pelaksanaanya oleh KBRI Seoul. Komunitas ini memfasilitasi dan menemani 300-an Pekerja Migan Indonesia (PMI) di Korea setiap semesternya untuk belajar dan mengembangkan diri. Mengapa komunitas ini unik? Izinkan kami menjawab melalui kisah –kisah berikut ini Mas Wahidin atau biasa kami memanggilnya Mas Didin, mahasiswa Bahasa Inggris UT Korea anggkatan 2012. Datang ke Korea selatan sebagai PMI dan kemudian disela-sela kewajiaban bekerja menyempatkan diri untuk mendaftar menjadi mahasiswa UT Korea. Selesai kontrak kerja di Korea, Mas Didin tidak hanya membawa tabungan ke Indonesia, tetapi juga menggondol ijazah S1 Sastra Inggris dari Univer

Universitas Terbuka Korea: Organisasi Millennial di era 4.0

Minggu (28/07) bertempat di KBRI-Seoul, UT Korea menyelenggarakan rapat laporan pertanggunjawaban (LPJ) semester 2019.1 dan rapat kerja (Raker) untuk agenda tahun ajaran 2019.2. Pada kesempatan rapat ini, semua pengurus UT Korea baik yang sudah lama bergabung, baru bergabung dan yang akan purna tugas datang untuk menyampaikan laporan dan agenda-agendanya ke depan. Rapat LPJ dan Raker yang diadakan dari jam 10.00 – 17.30 ini, menjadi semakin special karena tidak hanya dihadiri oleh para pengurus, perwakilan Mahasiswa UT Korea dan Presiden PERPIKA 2018-2019, Rian Mahardika, tetapi juga dihadiri oleh Bapak Duta Besar Indonesia untuk Korea, Bapak Umar Hadi. Dalam sambutan yang disampaikan oleh Pak Umar Hadi, beliau menceritakan kegembiraanya dengan hadirnya Universitas Terbuka di Korea. Hal ini dikarenakan UT bukanlah hal yang baru dikenal oleh beliau. Ketika beliau bertugas di Belanda dan Amerika, beliau sudah mengenal adanya WNI yang tinggal di negara tersebut yang   berkuliah di

UT Korea: Ikhtiar Mempersiapkan Generasi Emas Indonesia di Tanah Rantau

Hari – hari ini keoptimisan, kewaspadaan dan kadang kepesimisan membaur dalam obrolan – obrolan mengenai kependudukan dan pembangunan Sumber Daya Manusia (SDM) di negara tercinta kita, Indonesia. Sebabnya bukan lain adalah puncak bonus demografi Indonesia yang sudah ada di depan mata. Seperti data – data yang ditunjukkan oleh Badan Pusat Statistika (BPS), Indonesia yang pada tahun 2016 memiliki populasi penduduk sebesar 258 juta jiwa dengan komposisi usia yang mendominasi adalah usia 15 -34 tahun, diprediksi akan mengalami puncak bonus demografi pada kisaran tahun 2025 – 2030. Bonus demografi yang berarti usia produktif (15 – 64 tahun) menjadi populasi terbanyak, menjadikan Indonesia harus waspada karena dengan jumlah usia produktif yang mendominasi akan bisa menghasilkan dampak sangat positif bagi pertumbuhan, perkembangan serta kemajuan Indonesia atau bisa jadi dampak sebaliknya. Usia produktif yang terarahkan, terlatih dan terdidik akan menjadikan kita siap menyambut puncak bonus