Hari
ini ketika mengirimkan doa berupa bacaan al-fatihah untuk semua guru – guru
yang telah mengajarkan saya berbagai ilmu, saya terhenti dan tiba – tiba
tersenyum ketika membayangkan wajah salah satu guru SMA favorit saya Pak xxxxxx
. Saya terseyum karena ingin rasanya ngobrol – ngobrol dengan beliau lebih
khusus lagi melanjutkan tema “diskusi” kami di tahun 2005 ketika saya duduk di
kelas 1 SMA. Saya ingin berdiskusi kembali dengan beliau, tentang apa yang
sekarang saya pelajari dan tentang “tantangan” yang pernah beliau berikan.
Alkisah
pada sebuah bab fisika di kelas 1 SMA, kalau tidak salah ingat ketika itu
sedang mebahas terkait dengan perpindahan energy panas melalui induksi,
konveksi dan radiasi. Ketika beliau selesai menerangkan, saya mengangkat tangan
lalu bertanya kepada beliau “Pak mungkin tidak petir/halilintar itu kita jadikan
pembangkit listrik? Jadi kalau ada petir kita tangkap petirnya terus kita
masukkan kedalam sebuah baterai untuk menjadi listrik?” Saya bertanya dengan
wajah antusias dan sok scientist. Wkwkkw. Yang unik dari ekspresi wajah Pak
Hudi mendengar pertanyaan saya adalah beliau mengawali dengan senyum kemudian
menjelaskan dengan wajah sersan (serius tapi santai). Saya ingat betul hingga
hari ini jawaban yang beliau berikan. Beliau berkata “Apa yang Rohib fikirkan mirip seperti apa yang dialkukan oleh orang
romawi kuno dulu. Mereka di siang hari membawa kaleng kosong kemudian
membawanya ke tengah – tengah lapangan lalu menaruhnya. Setelah beberapa saat
ditaruh, lalu kaleng tersebut ditutup. Kemudian kaleng tersebut ditaruh di dalam
rumah. Di malam hari, mereka membuka kaleng tersebut dan berharap cahaya yang
mereka “tangkap” di lapangan siang tadi, akan muncul lagi ketika kaleng
tersebut di buka di malam hari.” Selesai. Itu jawaban beliau, tidak lebih
tidak kurang. Jawaban itu terus membenak dalam diri saya hingga hari ini. Dan
tak dinyanah menjadi inspirasi saya untuk bercerita melalui tulisan ini, karena
ternyata apa yang dilakukan oleh orang romawi kuno itu, hari ini telah menjadi
“kenyataan” (dengan jalan yang berbeda.
Sebelum
lanjut tentang cerita sinar matahari yang menjadi “kenyataan”, izinkan saya
perkenalkan lebih jauh guru favorit saya, Pak Hudi.
Pak
Hudi adalah guru fisika di SMAN 1 Sumber, Cirebon. Beliau adalah guru favorit
saya karena memiliki metode ajar yang out of the box ketika itu. Salah satu
metode belajar yang beliau gunakan kepada kami di awal – awal semester satu kelas
satu SMA adalah belajar fisika dengan menggunakan pola “mind map” bergambar.
Jadi bayangkan fisika yang model rumus – rumus dan angka – angka itu, beliau
“sederhanakan” dengan meminta kita membuat sebuah mind map bergambar untuk
memahaminya. Ketika itu, saya mencoba membayangkan dan menggambar “sekenanya”
untuk bisa merangkum sebuah bab dalam buku fisika kelas satu semester 1.
Walaupun metode ini tidak terus diplikasikan di kelas tetapi trigger dari Pak
Hudi membuat saya terbiasa membuat mind map dalam hal-hal lain hingga hari ini.
Lalu
bagaimana dengan kisah sinar matahari yang menjadi kenyataan itu? Singkatnya bisa dilihat di gambar pertama di bawah ini.
Figure 1. Konsep Energi dari Sinar Matahari |
Gambar tersebut menerangkan bagan terkait energy listrik. Penjelasannya adalah sebagai berikut
Sinar matahari
sekarang telah menjadi sumber energy melimpah yang siap dimanfaatkan dan
dirubah ke dalam bentuk listrik. Alat yng bisa merubah sinar matahari menjadi
listrik disebut solar cell atau panel surya. Teknologi ini sudah berkembang
pesat dan terus disempurnakan agar lebih mudah dan murah diterapkan. Bagaimana
proses sinar matahari berubah menjadi listrik bisa baca di blognya Pak Adhi
xxxxx berikut. Blog tersebut sangat lengkap dan komperhensif untuk memahami
panel surya. Setelah menjadi listrik, listrik ini bisa langsung dimanfaatkan untuk
menghidupkan peragkat elektronik dan lain – lainnya
Selain
bisa langsung digunakan, listrik juga bisa disimpan. Hari ini, baterai adalah
primadona dalam hal penyimpanan listrik. Salah satu jenis baterai yang paling
banyak digunakan pada alat – alat elektronik adalah Litium baterai. Sampai –
sampai penemu baterai jenis ini pada tahun 2019 dianugerahi noble Prize di bidang
kimia. Selain disimpan di dalam baterai, listrik juga bisa disimpan atau dikonversi
menjadi “cairan”. Bagaimana caranya? Dengan cara meng-elektrolisis air. Apa itu
elektrolisis? Singkatnya kita “menyetrum” air dengan listrik yang kita miliki
maka air tersebut akan berubah wujud menjadi gas oksigen (O2) dan
gas Hidrogen (H2). Gas Hidrogen ini kemudian bisa kita proses menjadi
gas hydrogen cair (konsepnya mirip seperti LPG (Liquid Petroleum Gas)). Nah lalu gas H2 ini bisa kita
gunakan lagi sebagai bahan bakar untuk menghasilkan listrik dengan seperangkat system
yang dinamakan dengan fuel cell. Dari fuel cell ini listrik kembali bisa
digunakan untuk semua peralatan elektronik mulai dari handphone, computer,
mobil dan bahkan suatu hari nanti mungkin juga untuk pesawat terbang. Selain
itu, dengan adanya bahan bakar berupa gas hydrogen, kita juga bisa membangun
pembangkit listrik/ generator berukuran kecil di masing – masing rumah kita. Sehingga
lampu – lampu di rumah kita akan menyala dengan bahan bakar “sinar matahari
cair” ini. (Detail terkait fuel cell akan saya ulas di tulisan lain. Insyallah.
^_^)
Suatu saat nanti diprediksi sinar matahari akan menjadi sumber energi yang diperjual belikan dalam bentuk cair. Dimana cairan tersebut adalah hidrogen cair. Gambar nomor dua mengilustrasikan bagaimana kapal – kapal tanker yang selama ini identik menjadi kapal yang membawa jutaan barel minyak bumi atau gas alam dari tempat – tempat kaya minyak menuju negara – negara yang membutuhkan energi, maka suatu saat nanti dipredksi akan hadir masa dimana berubah kapal tersebut tidak lagi membawa minyak bumi atau gas alam tetapi yang dibawa adalah sinar matahari yang telah dikonversi menjadi gas hidrogen cair. Oleh karenanya gas hidrogen kemudian disebut dengan istilah “energy carrier”
Figure 2. Gas Hidrogen sebagai Energy Carrier |
Lalu
jika konsep “sinar matahari cair” ini bisa diaplikasikan, negara mana saja yang
akan berpotensi menjadi negara penghasil higrogen cair? Jawabannya adalah
negara yang paling siap memiliki surplus listrik, yang jika listrik itu didapat
dari matahari maka gambar nomor tiga menjelaskan bahwa negara – negara yang
memiliki warna semakin merah adalah daerah paling kaya akan sinar matahari yang
siap dirubah menjadi hydrogen cair.
Figure 3. Peta potensi energi sinar matahari di seluruh dunia |
Sampai dipenjelasan ini, bagi para pembaca yang pertama kali
mengetahui tentang konsep energy carrier ini mudah – mudahan sedikit menambah
wawasan Anda. Dan bagi Anda yang pernah mendengar terkait gas hidrogen, yuuk
kita berdiskusi. ^_^
Ngomong – ngomong tentang
sinar matahari cair ini, membuat saya kembali tersenyum jika mengingat obrolan
14 tahun lalu dengan Pak Hudi. Ingin rasanya nanti sowan ke tempat beliau untuk
cerita – cerita terkait hal ini dan menyampaikan kepada beliau ternyata orang
Romawi dulu melewatkan buaaaanyak proses untuk mendapatkan cahaya yang terang
di malam hari dari proses mereka “menangkap” sinar matahari di siang hari.
Walaupun sampai sekarang saya belum mendapatkan secercah informasi apakah
mungkin akan ada pembangkit listrik tenaga halilintar suatu hari nanti. :D
.
Sebagai sebuah
ikhtiar berbagi cerita tentang apa yang saya ketahui mengenai energi, Insyallah
saya akan menuliskan beberapa seri tulisan lain tentang energi dengan hasatag #EsaiEnergi
#EnergiTerbarukan #Fuelcell
Komentar
Posting Komentar