Assalamualaikum Yaa Syaikh :)
Betapa senangnya kami memiliki mu, berkumpul dengan mu,
mendengar dan membaca kata-kata hikmah yang begitu meluncur indah dari lisan
dan tulisan Mu. Terimakasih Syaikh karena Engkau telah menjadi pengingat bagi
kami ketika kami lalai, menjadi pencerah ketika kami tidak tahu arah, menjadi
pembimbing ketika kebimbangan menerpa. Terima kasih Yaa Syaikh.
Syaikh, boleh kah Kami menyampaikan apa yang kami rasakan
sekarang? Rasa yang ternyata telah menumpuk lama dalam hati-hati kami. Rasa
yang ternyata timbunan dari apa-apa yang kami rasakan ketika Engkau
mengantarkan kata-kata hikmah melalui lisan dan tulisan Mu. Rasa yang
awalnya kami rasa hanya sebuah perasaan sepintas saja yang akan hilang bersama
jalannya waktu namun ternyata kini mengakumulasi menjadi sebuah kegundahan
dalam hati-hati ini. Kegundahan yang mungkin akan segera menguap jika ini kami
utarakan kepada Mu.
Syaikh, izinkan kami untuk mereferensikan pada penggalan sebuah
ayat Al-Quran untuk menjadi awalan dari gunda-gulana yang kami rasakan.
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا قُوا
أَنْفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا
“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu
dari api neraka “
Yaa Syaikh, betapa hati-hati
kami ini berbunga-bunga ketika membaca dan mencoba menalaah dan memahami penggalan
ayat tersebut, karena ayat tersebut adalah kabar gembira dan sangat
membahagiakan kami. Kami memahami ayat tersebut untuk kita menjaga dua “sosok”
besar dari api neraka, yakni diri sendiri dan keluarga. Sampai ketika kami
menelaah kata “keluarga”, kami melihat bahwa kita semua yang ada disini adalah
keluarga karena kita terikat pada suatu aktivitas yang selama ini kita jalani yakni
saling menasehati dalam hal kebaikan dan kebenaran dimana ujungnya
adalah keterjagaan kita dari api neraka dikemudian hari kelak. Terlebih Engkau
Syaikh, Kami yakin engkaulah pemilik keluarga terbesar diantara kami. Tersebab
aktivitas Mu yang selalu menjadi conveyor kata-kata hikmah bagi banyak
orang.
Yaa
Syaikh, ketika kami kembali memahami kata “keluaga” terlintas difikiran kami
wajah anak-anak kami, wajah kakak-adik kami serta tentunya wajah kedua orang
tua kami. Kami memiliki memory indah dengan kebersamaan mereka. Kami
memiliki hal indah pula ketika kami dididik dan mendidik mereka. Kami dan
pastinya juga Engkau,Syaikh, pasti tahu cara terbaik dalam mendidik anak-anak
kita. Kita pasti tahu apa yang harus disiapkan untuk mendidik mereka, dua kata yang
biasa kami gunakan sebagai senjata dalam mendidik anak-anak kami yakni Love
and patient (Cinta dan Sabar). Kita yakini anak-anak akan lari dari kita
ketika kita mendidik mereka dengan ke-aroganan dan ketidaksabaran, namun
sebaliknya jika kita mendidik mereka dengan kasih dan kesabaran yang paripurna,
jangan kan kita suruh untuk membeli kebutuhan dapur di toko, untuk membersihkan
kotoran ditubuh kita (ketika kita tidak berdaya) pun, anak-anak kita pasti akan
menjalankannya. Itu yang kami yakini, Yaa Syaikh. Sepakat kah Engkau dengan
asumsi kami ini?
Pun
begitu ketika kita mencoba memberikan pengajaran yang baik kepada kakak dan
kedua orang tua kita, jika seadainya mereka sedang dalam kondisi yang tidak
benar. Kita tak akan mampu mengantarkan pesan baik yang telah kita siapkan jika
kita menggunakannya dengan kearoganan, kesoktahuan dan pemaksaan. Jika kita
menggunakannya dengan sikap-sikap tersebut yakinlah kemarahan akan muncul pada
wajah-wajah mereka, kearoganan yang lebih besar pastinya muncul ketika mereka
berbicara dengan kita atau malah bisa jadi memutuskan hubungan tali
persaudaraan yang terjalin sejak kita lahir. Tapi jika kita mengantarkan
kebaikan tersebut dengan Love and patient Kita semua pasti bisa
merasakan berita gembira apa yang akan terasa dalam keluarga kita.
Yaa
Syaikh, terminology mendidik keluarga yang seperti itu adalah penelaahan
kami atas penggalan ayat 6 surat At-tahrim, surat ke-66 dalam Al-quran kita
tercinta. Maka Yaa syaikh yang kami cintai, karena Engkau lah penyeru kebaikan
itu, maka jadikanlah kami anak-anak mu dan jika ada diantara kami lebih sepuh
daripada usia Mu jadikanlah kami seperti kakak dan orang tua Mu. Yang dengannya
kau bimbing kami untuk terjaga dari api neraka bersama dengan cinta dan sabar
yang kau miliki. Dan pastinya kami juga memohon kepada-Nya dari keterlepasan Engkau terhadap kami menjadi keluargamu sehingga lepas juga hak diantara kita untuk saling menjaga dari Api neraka.
*Ditulis sambil ngaca
Komentar
Posting Komentar