Hati dalam bahasa arab disebut “qalb” yang artinya bolak –
balik. Penamaan ini berdasarkan sifat dan karakteristik dari benda ini yakni
suka bolak – balik, suka berubah – ubah. Maka tak ayal salah satu doa yang
banyak dipanjatkan oleh umat muslim adalah “Yaa Muqolllibal Qulub, Tsabit
Qulubina ‘Alaa Diinika” “Wahai Sang pembolak – balik hati, tetapkanlah
hati kami di atas agama Mu”. Yaa, kita perlu memohon doa semoga hati kita
selalu terpaut dan berada dalam lingkup agama Nya karena apabila hati ini
dipalingkan dari agamanya maka sesungguhnya itulah bencana terbesar bagi kita.
Ngomong – ngomong soal hati, pastinya masing – masing dari
kita memiliki banyak cerita yang membenarkan sifat dari suka bolak –
balik nya hati. Betapa ketika kita merenungi, kita terkadang dibuat nya
tersenyum – senyum tersebab dari “lucu” nya hati kita berbalik arah akan suatu
hal. Berbalik dari tadinya benci menjadi cinta ataupun sebaliknya.
Pernah suatu ketika salah seorang teman bercerita perjalanan
kisah cinta nya dengan istrinya tercinta. Dia mengistilahkan kata cinta dengan
suatu frasa yang khas bahwa “Cinta itu jorok”. Hahahaha (Tertawa saya
dibuat nya ketika pertama kali mendengar pemaparan beliau). Istilah itu beliau
dapat dari lucunya kisah perjalanan cintanya
dengan istri tercinta yang diawali dari sebuah pertengkaran di warung baso yang
kemudian bersambung di ruang rapat dan di akhiri di pelaminan. Seperti cerita
ala-ala sinetron, kisah ini bermula dari sang perempuan (yang kelak akan
menjadi istrinya) dengan tidak sengaja menumpahkan semangkok baso yang mengenai
sekujur pakaian teman saya, padahal selepas dari makan di warung baso tersebut
teman saya sudah bersiap segera menuju ruang rapat untuk mengadakan meeting
yang sudah diagendakan jauh-jauh hari. Dengan rasa bersalah perempuan tersebut
meminta maaf, tapi kala itu kata maaf sang perempuan tidaklah cukup untuk
membuat kondisi menjadi baik seperti semula. Teman saya yang sudah menyiapkan
diri dengan matang segala persiapan untuk rapat termasuk jenis pakaian yang
dipakainya, harus meradang karena semangkok baso yang menghajar sekujur pakaiannya.
Kisah hari itu pun ditutup dengan kondisi pakaian “seadanya”.
Di lain hari teman saya kembali makan di warung baso yang
sama, tak dinyanah dia bertemu kembali dengan perempuan yang tempo hari pernah
merusak hari nya. Peristiwa semangkuk baso itu ternyata membekaskan dendam tak
terkira di hati teman saya, tak ayal dengan reflex teman saya “tega”
menyiramkan segelas air teh ke baju perempuan tersebut. Suasana pun
memanas tapi tak “sepanas” episode
selanjutnya yakni ketika di hari yang berbeda mereka bertemu di satu ruangan
yang sama di sebuah rapat. Ternyata usut punya usut mereka tergabung dalam satu kementerian yang
sama, hanya berbeda kantor dan kota sehingga tidak saling mengenal antara satu
dengan yang lainnya. Pertemuan di rapat itupun menjadi anti-klimaks dari dua
pertemuan sebelumnya di warung baso itu. Kikuk dan kebingungan dua insan ini
saling bertatapan dalam meja yang sama dan kursi yang beriringan. Singkat
cerita pertemuan dalam rapat itu menjadi washilah berbaliknya kedua hati
manusia ini, dari yang saling membenci dan mendendam menjadi saling “penasaran”
dan akhirnya menumbahkan benih cinta yang kini berbuah dalam biduk rumah
tangga. Sebuah kisah berbaliknya 180 derajat hati manusia yang membenarkan
pendefinisian kata “qalb”.
Saya pribadi sangat sering dibuat hati ini untuk
tersenyum-senyum malu atas kelucuan – kelucuan yang pernah terjadi. Kelucuan
yang terkadang menjadi bahan pelajaran untuk kita agar selalu berfikir positif
dan berbaik sangka apapun yang terjadi, baik itu terasa merugikan ataupun
sebaliknya. Jadi kalau anak jaman sekarang bilang “woles ae”
kalau lagi bad mood dikarenakan sesuatu atau lagi benci sama sesuatu
karena siapa tahu perasaan benci dan bad mood itu dikemudian hari akan berbalik
rasa. J
Salah satu pengalaman yang paling membekas hingga hari ini terkait bolak – baliknya “si
qalb” adalah ketika berinteraksi dengan salah seorang yang baru datang di
Laboratotium kami. Alkisah datanglah satu orang lab member baru yang
sungguh tingkahlakunya membuat beberapa orang harus ekstra sabar, tak
terkecuali saya. Kebetulan ketika dia
datang ke lab kami, bertepatan dengan bulan Ramadhan. Lengkap sudah latihan
bersabar yang kami alami. Satu – dua minggu pertama terkadang saya “kelepasan”
dan memasang wajah garang kalau dia mendekat dan mulai berulah.Hahaha. Namun
setelah beberapa kali merenung terutama setelah sholat tarawih, terkadang
merasa bersalah dengan sikap saya tersebut. Akhirnya karena tidak mampu melawan
hati yang selalu bawaannya pengennya maraaaah dan keseeeel terus kalau lihat si
bocah ini, jalan terakhir cuma bisa berdoa untuk segera dibalikkan hati ini,
agar menjadi senang terhadap si lab member baru ini. Asupan lainnya yang
menjadi pendorong agar hati ini berubah adalah mendengar Nasehat di Video
berikut :
Tidak cepat memang hati ini berbalik, tapi sepertinya doa di
bulan Ramadhan memang mudah di ijabah. Alhamdulillah entah di mulai dari kapan
hati ini jadi luluh bahkan 180 derajat berubah. Entah mengapa saya selalu pengen
tertawa kalau melihat wajah si bocah ini..Hahahaha. Apalagi kalau dia mendekat
ke meja saya sambal bilang “ Rohiiib, I have questions” langsung ketawa
ngakakak saya.Hahahaha. Padahal kata-kata itulah yang sebelumnya paling bikin
saya kesel, karena si bocah ini seriiiiingg sekali mengatakan itu di saat yang
tidak tepat, tidak lihat situasi kondisi, ketika kita sibuk pun dia akan tetap mengejar
dan mengatan kalimat itu. Namun sekarang kata – kata itu malah jadi bahan
guyonan dan dijadikan “trade mark” Si Bocah ini. Hahahah
Anyway, sekali lagi hati itu suka bolak balik jadi teruslah
berdoa kepada Sang Pembolak balik hati
agar hati ini senantiasa “on the track”. Dan jika ada masalah sengan hati segera
perbaiki “posisi nya” .
Komentar
Posting Komentar