Seberapa
sering anda mendengar hal-hal besar ternyata bermula dari meja makan? Saya
pribadi sangat sering sekali mendengarnya, baik itu dalam skala keluarga maupun
sekala negara. Bagi anda pengamat dan pemerhati cara berpolitik Jokowi maka
salah satu strategi Jokowi dalam memindahkan (aka menggusur) beberapa tempat di
Solo ketika beliau menjadi Walikota disana maupun ketika masih menjabat menjadi
gubernur Jakarta adalah politik makan bersama, politik meja makan. Bahkan yang
paling seru dan paling anyar dari cara berpolitik meja makan Jokowi ini adalah
ketika menghadapi isu demonstrasi besar-besaran dari mahasiswa-mahasiswa
Jakarta dan sekitarnya, Jokowi pun menerapkannya dengan mengundang ketua-ketua
BEM tersebut untuk datang ke Istana, makan bareng dan ngobrol bareng.
Sebuah cara politik santun yang luar biasa dampaknya.Hehehehe
Dilain
kisah, saya pernah juga mendengar dan membaca kisah hidup Sri Mulyani, mantan
menteri keuangan era SBY yang sekarang menjadi salah satu direktur di World
Bank. Dalam satu memoar nya Sri Mulyani yang terlahir dalam keluarga
berpendidikan dengan kedua orang tuanya adalah seorang pengajar, mengatakan
bahwa aktivitas yang tidak pernah lepas
dalam keseharian keluarganya adalah makan di meja yang sama di hari-hari mereka.
Di moment tersebut Ayah dan Ibunya akan menanyai
kegiatan Sri Mulyani dan semua saudara-saudaranya sepanjang hari tersebut,
sembari menyisipi nya dengan motivasi dan nasehat. Maka tak ayal dari keluarga
tersebut terlahir sosok-sosok luar biasa, tidak hanya Sri Mulyani yang merupakan
salah satu begawan ekonom Indonesia saat ini tetapi juga saudara-saudara nya
yang sukses menjadi Professor di bidang kedokteran dan di bidang-bidang
lainnya. Sekali lagi the power of meja makan menjadi salah satu washilah
yang menjadikan karakter sebuah keluarga menjadi luar biasa.
Beberapa
hari ini saya merenung terhadap apa yang terjadi pada diri saya jika dikaitkan
dengan meja makan, dan ternyata saya sangat menyadari nya sekarang. Ternyata saya pun memiliki kisah yang erat
dengan meja makan.
Jika diruntut
hal-hal yang pernah dilewati hingga sekarang saya berada di tanah rantau ini
(Korea.Red) ternyata ada kaitannya dengan meja makan. Tak pernah saya pahami sebelumnya bahwa meja
makan adalah tempat segalanya bermula. Hingga usia 19 tahun saya menghabiskan
waktu di rumah bersama kedua orang tua, semua aktivitas dilakukan di kota lahir
tercinta, Cirebon.Hehehe. Sepanjang 19 tahun itu sepertinya saya adalah
satu-satunya anak yang paling sering menunggu dan menjadwalkan secara rutin
kapan harus ke meja makan khusunya di malam hari (Karena jika dibandingkan
dengan kakak – kakak saya, mereka sudah merantau mencari ilmu di usia yang
lebih mudah). Hampir setiap hari setelah sholat Isya, setelah mengganti baju
kokoh dengan kaos namun tetap bersarung segera saya ke meja makan. Di meja
makan, Ayah sudah “menunggu”, kalau
urusan menepati jadwal Ayah adalah nomor satu paling istiqomah. Entah beliau
memiliki keinginan yang sama atau tidak yang jelas proses makan malam yang
harus dilaksanakan setelah sholat isya adalah waktu yang ditunggu. Bahkan
mungkin sebenarnya dinanti karena disaat itulah semua nya mengalir. :D
Meja
makan menjadi tempat paling cocok untuk memasukan semua nasehat-nasehat Ayah
untuk saya, cocok juga untuk memotivasi saya dengan segala cerita-ceritanya,
sangat cocok pula untuk saya mencurahkan kejadian seharian untuk diperdengarkan
dan dikomentari Ayah. Walaupun saya pahami cara berkomentar ayah selalu mengulang-ngulang
kalimat yang sama (hehehehe..Kangeeen dikomentari kaya gini :D) tetapi disitu
penekan betapa penting apa yang beliau sampaikan. Entah sudah berapa cerita
kehidupan Ayah yang mengalir dari lisannya kemudian masuk ke dalam telinga ini
dan menancap di sanubari, otak dan hati hingga akhirnya menjadi inspirasi saya
di esok hari dan hari-hari berikutnya hingga hari ini. Kala itu bisa jadi saya
menganggapnya hal yang biasa saja praktik kiita ini, tetapi hari ini saya
sangat menyadari manfaatnya, manfaat dari kisah-kisah ayah yang selalu
diperdengarkan dengan hikmah yang terkandung di didalamnya di waktu makan malam
di Meja Makan itu. (Aaah tetiba kangen makan malam bareng).
Salah satu kecerdasan Ayah menghibur dan menyenangkan hati anaknya adalah menggunakan kaos yang pernah dihadiahkan atau pernah dipakai anak nya |
Beberapa
hari yang lalu untuk mengobati rasa rindu saya pun menelfon Ayah pukul 9.30 PM Wakatu
Korea atau sama dengan jam 7.30 PM WIB , seperti yang diduga, Beliau tetap
istiqomah dengan jadwal makan malam nya, setelah sholat isya. Kami pun
bebincang ngalor-ngidul, yang berbeda sekarang adalah kini disaat
akhir-akhir obrolan dan diskusi kami, Ayah sering memberikan pertanyaan apakah
saya setuju dengan pernyataan-pernyataannya,Hehehe, Ada rasa kikuk sebenarnya (hahaha)
tapi saya yakini Ayah sedang mendidik saya tentang kepercayaan yang besar yang sudah saatnya saya
pegang.
Aaaah
Meja Makan, aku rindu untuk menempatinya lagi. Ayah, Ibu, Kakak, Adik nantikan
saya pulang segera untuk ikut makan bareng lagi.huhuhu
Komentar
Posting Komentar