Langsung ke konten utama

Pemimpin Yang Lahir Dari Krisis



Alkisah pada suatu ketika ada seorang istri yang menyiapkan hadiah untuk dia berikan di hari ulang tahun suaminya yang jatuh diakhir bulan Oktober. Saking semangatnya menyiapkan hadiah, Si Istri sudah membelinya di awal bulan September.kkkkk. Belakangan si Istri bercerita, bahwa dia ingin memberikan surprise terbaik bagi suaminya di hari yang kata banyak orang “bersejarah”, sehingga perlu diingat dan dirayakan itu.

Namun, rencananya batal. Hadiah yang seyogyanya diberikan di akhir Oktober sudah dia berikan hanya beberapa saat setelah barang yang dia beli secara online sampai di rumah. Alasan dia memberikan hadiah itu lebih awal kepada suaminya adalah karena dia melihat tampang suaminya yang terlihat sumpek dan sedang banyak fikiran mengurusi berbagai hal kehidupan, terutama problematika dalam mengatur amanah dari orang-orang disekitar suaminya. Dia berharap hadiah itu bisa menjadi obat penghilang wajah sumpek dan stress suaminya. Kepekaan melihat wajah suaminya kemudian melahirkan pertanyaan yang dia lemparkan sembari memberikan hadiah yang telah disiapkannya “Ayah, kalau selevel Jokowi yang mikirin negara sebesar Indonesia, kalua lagi ada masalah atau dihina-hina itu wajahnya kaya apa ya? Terus kira-kira dia tidurnya jam berapa ya? Bu Irina gimana tuh membanttu menenangkan suaminya? “ Dan deretan pertanyaan lainnya tentang sosok – sosok pemimpin bangsa kita.

Rabu malam (01/04) lalu, Saya akhirnya menemukan jawaban dari pertanyaan yang dilempakan si istri tersebut kepada suaminya. Konon gegara Covid-19 yang sedang melanda Indonesia dan hampir seluruh negara di dunia akhir – akhir ini, yang membuat puyeng buaaanyak kepala negara di dunia tak terkecuali Pakde Jokowi, menyebabkan Pakde harus banyak begadang dan lembur memikirkan kebijakan terbaik untuk rakyat Indonesia. Dalam suatu kesempatan, sekitaran jam 03.00 pagi Pak Jokowi harus menelfon duta besar yang iya tugaskan di sebuah negara yang diketahui berhasil menanggulangi pandemic covid-19, untuk beliau ajak diskusi cara terbaik menghadapi situasi terkini di Indonesia. Catat ya jam 03.00 pagi. Jadi Pak Jokowi kalau sedang pusing seperti sekarang; menimbang-nimbang untuk memutuskan lockdown atau karantina wilayah atau darurat sipil atau pembatasan sosial berskala besar (PSBB), kemudian mudik lebaran nanti diizinkan atau tidak, lalu listrik digratiskan uangnya cukup atau tidak, terus bantuan langsung tunai (BLT) jika disiapkan pos anggaran mana saja yang harus dialihkan, PERPU dan PP apa saja yang harus disiapkan menghadapi corona, sampai bagaimana kabar Ibukota negara yang baru itu kedepannya dan segudang masalah lainnya, beliau (sepertinya) ga tidur coy.  

Lain lagi dengan Pakde Jokowi, Pak Anis, sang gubernur yang selalu ramai di media social ini, menurut pengakuannya ketika diwawancarai Om Deddy Corbuzier, Beliau sudah bekerja dalam senyap mengantisipasi bahaya Corona sedari Bulan Januari. Bahkan di bulan ketika nama Covid-19 belum muncul, beliau sudah mengadakan rapat dengan berbagai kalangan karena sudah akan memprediksi adanya gelombang dahsyat yang sekarang jadi buah bibir di Indonesia itu. Makanya jangan aneh “efek kejut” yang digagas Pak Anies sudah muncul sebelum (sebagian dari) kita ramai dan hobby mem-forward pesan-pesan (ga jelas sumbernya itu) tentang obat penyembuh Covid-19. Selain itu, Pak Gubernur Jakarta ini juga sedang membangun Bio Safety Lab (BSL)-3 untuk persiapan massive test. Jika konsep massive test ini mampu diljalankan dengan baik maka akan mampu mengontrol pesebaran Covid-19 di Indonesia lebih cepat. Om Deddy Corbuzier sampai becanda kalua Pak Anies berhasil membuat laboratorium itu, dia bakal milih Anies jadi presiden.wkwkwk




Di Jawa Barat muncul Pak Ridwan Kamil, yang namanya dibangga – banggakan dan disebut hampir 33 kali – udah kaya dzikir -  oleh juru bicara presiden, Pak Fadjroel Rahman, ketika beliau menjadi pembicara di acara ILC-nya Pak Karni Ilyas. Pak RK disebut karena dalam rapat terbatas dengan presiden dan para gubernur, beliau menggagas adanya ide pelabelan ODP bagi para pemudik, adanya karantina wilayah dengan lingkup RT-RW, hingga mengusulkan adanya anjuran kesetiakawanan social dimana 1 orang yang mampu membantu 2 orang tidak mampu. Di lain kesempatan, demi meyakinkan warganya untuk tidak menolak penguburan jenazah korban Covid-19, Pak RK hadir dan mengikuti prosesi pemakaman di tempat pemakaman umum (TPU) Cikadut, Kota Bandung tanpa mengenakan alat pelindung diri (APD) lengkap. Beliau ingin mengedukasi warga bahwa proses pemulasaran jenazah korban covid-19 sudah sesuai standar sehingga tidak berpotensi menularkan virus lagi. Lagi pula, hasil penelitian sudah mengatkan bahwa 7 jam setelah orang yang positif covid-19 meninggal, virus akan juga ikut mati.



Di Jawa Tengah, setelah viral akan kebingungannya tentang APD yang katanya diimpor dari China tapi made in-nya Indonesia, Pak Ganjar muncul untuk menganjurkan warga Jawa Tengah menghidupkan tradisi Jimpitan (menabung beras atau bahan pokok), mengadakan ronda siang hari untuk pengawasan masyarakat hingga menganjurkan menanam sayur-sayuran di lahan kosong sekitar rumah. Hal – hal tersebut diyaknii Beliau akan mampu meningkatkan ketahanan warga Jawa Tengah. Beliau sangat yakin dengan kembali kepada kearifan local khas masyarakat pedesaan yang hidup komunal dan bergotong royong, efek buruk corona bisa teratasi.



Bu Khofifah sudah mempraktekan kerja shift untuk para ASN di Jawa Timur guna mengurangi interaksi. Sedangkan Srikandi lain dari Jawa Timur, yang kehadirannya di media social kadang dibanding-bandingkan dan menjadi anti-tesanya Pak Anies Baswedan, Bu Tri Rismaharini, sudah menimbun masker sejak belum ada informasi korban positif Corona di Indonesia. Beliau menimbun masker tanpa pemberithauan kepada khalayak agar tidak menimbulkan kepanikan.





Begitulah karakter dari sebuah krisis dan tantangan. Ia akan menghadirkan pemimpin yang teruji kualitasnya. Saya teringat kata – kata motivator berkepala plontos yang pernah saya dengar di sebuah TV Swasta bahwa tugas seorang pemimpin adalah mendatangkan masa depan ke masa kini, lebih cepat daripada yang mungkin bisa dicapai oleh organisasinya tanpa kepemimpinannya. Maka saya yakini, musibah covid-19 adalah jalan melahirkan pemimpin – pemimpin besar di Indonesia. Insyallah. Indoneisa bisa lawan Covid-19!!!

Referensi :








Komentar

Postingan populer dari blog ini

Second Level CMAS Diving License

Beberapa waktu lalu kembali mendpatkan kesempatan untuk melatih skill diving bareng teman-teman teknik. Ini adalah program kelanjutan "naik tingkat" setelah beberapa bulan sebelumnya mengikuti pula pelatihan untuk mengambil basic diving. Sama seperti basic diving yang di dapat dulu, sebelum terjun langsung ke laut, kami digojrot dulu di kolam renang sehari sebelumnya, full dari pagi sampai sore. Dilatih dasar berenang, bernafas, menahan nafas, memasang alat dan lain sebagainya. Yang berbeda untuk second level ini kami mengambil license dari POSSI ( Persatuan Olahraga Selam Seluruh Indonesia) yang menginduk pada organisasi international CMAS (Confederation Mondiale Activities Subacuatiques) sedangkan ketika first  level kami dapat dari SSI(Scuba Skill International). Bedanya apaa?? Saya juga tidak tahu banyak, sedikit penjelasan yang saya tahu bahwa kalau SSI biasa digunakan oleh orang yang ingin menagabil license "hanya" sekedar untuk selam hiburan dan l

Tentang Kelengkapan Laboratorium Hingga Segitiga Ideal

Pernah kah anda menghitung harga satu lembar kertas tissue yang anda gunakan? Kalau belum, coba anda hitung dengan cara membagi harga tissue yang anda beli dengan jumlah helai kertas tissue yang didapatkan. (Ga ada kerjaan amat siih. Hehehe) Hari ini saya menghitung kertas tissue yang ada dalam foto di bawah ini: Kimtech Tissue Tahukah anda berapa harga per lembarnya? Harganya adalaaaahh (jreeeeng jreeng jreeeng) 170 KRW atau jika diasumsikan 1 KRW= 11 IDR maka harganya sama dengan Rp. 1.870,- Ya harganya segitu, jangan heran ya (entah karena kemahalan atau begitu murah, tapi bagi saya sih, Muahaal bingiiit) hehehe. Tissue ini adalah salah satu bahan “sepele” yang digunakan dalam keseharian kami beraktivitas di laboratorium. Kami mengunakannya untuk mengelap beberapa alat praktikum dan beberapa bahan uji yang membutuhkan pengeringan yang baik.Saya menemukannya baru ketika di negeri ini (korea .red), padahal dunia laboratorium bukan lah hal asing bagi saya di Indonesia.

Surface Hardening

Untuk merefresh kembali materi kuliah ketika S1 dulu, saya ingi mengulang kembali beberapa materi yang mungkin nanti akan jadi makanan keseharian saya di laboratorium pengembangan paduan (Alloy Development) di Yeungnam University ini. Materi pertama yang ingin saya review adalah tentang proses pengerasan pada permukaan material. Beberapa hal yang menjadi alasan untuk melalkukan surface treatment diantaranya sebagai berikut : -        Menaikain ketahanan Aus -        Menaikkan kekerasan permukaan hingga sedalam 0,1 -0,5 mm -        Menambah ketahanan permukaan terhadap beban mekanis -        Memperbaiki ketahanan fatik Proses pengerasan pada material dapat dibagi menjadi 2 macam penggolongan yakni pengerasan secara termal/ selective heat treatment dan secara termokimia . Berikut adalah penjabaran dari masing-masing jenis pengerasan tersebut. A. Termal/Selective Heat Treatment Proses selective heat treatment dilakukan dengan beberapa prosedur yakni material ya