Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari September, 2014

Tentang Sebuah (Ke)Ingin(an)

Pernah suatu ketika saya mencoba merenungi apa yang sedang dan senang   difikirkan oleh seorang Bi Tumira (petani di kampung saya), Mbak Syahrini (Artis yang cetar dan dikenal oleh banyak orang di negeri saya) dan Saya pribadi. 3 orang yang berbeda kegiatan, berbeda usia, berbeda aktivitas, berbeda tempat serta berbeda kepala pastiya. Satu yang menarik yang menjadi kesimpulan renungan saya saat itu   adalah kami (3 orang ) hanya digerakan oleh satu buah energi yang dinamakan energi “ingin” atau kalau dibentuk dalam bentuk kata benda maka disebut dengan “keinginan”. Maka keinginan inilah yang menjadi bahan yang selalu kami fikirkan.  Bisa jadi yang sedang difikirkan Bi Tumira adalah tentang bagaimana caranya membayar ongkos traktor dan membeli pupuk untuk lahan garapannya, Mbak Syahrini sedang memikirkan salon mana yang akan dikunjungi dan model rambut apa yang akan dikenakan untuk acara konser dan pestanya kelak. Sedangkan saya (?), saya sedang memikirkan bagaimana saya bis

Black Billed Magpie Pagi Ini

Pagi ini hampir sama dengan pagi-pagi sebelumnya, bangun tidur langsung menuju kamar mandi dilanjutkan dengan sedikit berberes-beres sekitar kamar tidur dan ruang tamu dan kemudian “cabut” ke kampus, tepatnya ke laboratorium, tanpa memikirkan dulu mau sarapan atau tidak, karena jam sudah menunjukkan batas maksimal target mencapai laboratorium.hehehe. Yang berbeda di pagi ini dengan pagi-pagi sebelumnya di Bulan September adalah udara yang sudah lumayan dingin dan cukup menggigit kulit sehingga menggunakan kaos tebal   dan jaket tipis adalah pilihan pakaian yang paling cocok untuk pagi ini. Hal berbeda lain yang saya alami pagi ini adalah ketika melihat burung Black-Billed Magpie ( Pic hudsonia )   yang (katanya) merupakan burung khas Korea dan dipercaya sebagai burung pembawa keberuntungan, yang berterbangan di   tiang listrik, di pepohonan bahkan di rerumputan sepanjang jalan menuju Laboratorium. Mata saya terkunci pada aktivitas burung-burung itu yang meloncat genit seak

Madrasah, Tempat Bermula Mengasah Diri dan Cita

Siang bolong di tengah terik matahari yang menyengat kulit dan mengeringkan setiap jemuran pakaian di pelataran rumah kala itu, menjadi waktu pengasahan bagi kami, saya dan beberapa anak kampung Kenanga. Ya, disaat panas yang sangat cocok untuk dibuat alasan tidur nyenyak di siang hari, di usia 9-12 tahun kala itu, saya dan teman-teman harus bergegas berjalan menuju tempat pembelajaran selanjutnya. Pembelajaran selanjutnya? Ya, pemebelajaran setelah pulang dari Sekolah Dasar (SD). Kami menyebut nya Madrasah. Madrasah menjadi sekolah selanjutnya setelah dari pagi kami menghabiskan waktu dengan celana merah dan baju putih kami. Masa itu, bukan lah masa yang terhitung mudah bagi anak usia 9-12 tahun karena godaan untuk pergi ke lapangan untuk bermain bola atau sekedar bermain layang-layang bersama tetangga dan kerabat sangatlah besar .Pun dengan jam belajarnya,  6 hari dalam seminggu dan hanya memiliki waktu libur di hari Jumat, jadi jangan pernah berharap berleha-leha dihari

(Yakinlah) Allah Mencintai Orang-Orang yang Berbuat Salah........

Dalam sebuah perjalanan pasti ada awal dan akhir, pun begitu pula dengan perjumpaan (katanya) pasti ada akhirnya, maka saya juga yakin dalam sebuah tindakan ada awal dan ada akhir. Awal dalam sebuah tindakan adalah pengharapan dan akhir dari sebuah tindakan adalah syukur atau penyesalan, bergantung pada hasil yang didapatkan. Saya pernah merenung   tentang makna syukur dalam sebuah tindakan, hingga proses renungan itu membawa pada sebuah muara yakni tidak ada yang lebih membahagiakan daripada mengatakan terimakasih atas apapun yang kita terima. Artinya seyogyanya,semestinya dan seharusnya akhir dari sebuah tindakan tidaklah bercabang menjadi syukur atau sesal tetapi cukup satu yakni Syukur. Namun, secara manusiawi   mensyukuri setiap apa yang diterima tidaklah mudah atau memerlukan proses. Proses untuk meyakinkan hati bahwa yang diperoleh adalah terbaik untuk kita. Maka dari itu dalam berproses untuk selalu berucap syukur akan ada terselip sebuah kata yang bernama penyesalan

Tentang Makna Semu

Berfikir tentang sebuah kata-kata yang sering sekali di dengar ketika dulu sering bersama di majelis - majelis agama. Satu kata yang sering diingatkan oleh guru saya adalah dunia itu semu . Makna semu dalam mendefinisikan dari kacamata agama sangatlah menarik untuk dikaji. Kalau kita memahami asal kata dari semu itu sendiri maka kita akan sepakat semu adalah lawan kata dari nyata. Artinya setiap yang tidak nyata bisa dikatakan semu, atau sesuatu yang ada tapi tidak nyata bisa juga dikategorikan sebagai sesuatu yang semu. Maka jika kita kembali menghubungkan dengan kata-kata “ dunia adalah sesuatu yang semu ” maka sebenarnya apa yang ada di dunia ini tidak lah nyata atau tidak ada. Yang menarik sampai dalam pembahasan ini, apa nya yang tidak nyata? Kita masih bisa melihat berbagai macam benda nyata, kita masih bisa melihat uang juga sebagai   benda nyata, kita masih bisa melihat wujud dari segengam emas dan nyata adanya, dan banyak lagi benda-benda nyata lainnya, dan kesemua