Langsung ke konten utama

UT Korea: Ikhtiar Mempersiapkan Generasi Emas Indonesia di Tanah Rantau

Hari – hari ini keoptimisan, kewaspadaan dan kadang kepesimisan membaur dalam obrolan – obrolan mengenai kependudukan dan pembangunan Sumber Daya Manusia (SDM) di negara tercinta kita, Indonesia. Sebabnya bukan lain adalah puncak bonus demografi Indonesia yang sudah ada di depan mata. Seperti data – data yang ditunjukkan oleh Badan Pusat Statistika (BPS), Indonesia yang pada tahun 2016 memiliki populasi penduduk sebesar 258 juta jiwa dengan komposisi usia yang mendominasi adalah usia 15 -34 tahun, diprediksi akan mengalami puncak bonus demografi pada kisaran tahun 2025 – 2030. Bonus demografi yang berarti usia produktif (15 – 64 tahun) menjadi populasi terbanyak, menjadikan Indonesia harus waspada karena dengan jumlah usia produktif yang mendominasi akan bisa menghasilkan dampak sangat positif bagi pertumbuhan, perkembangan serta kemajuan Indonesia atau bisa jadi dampak sebaliknya. Usia produktif yang terarahkan, terlatih dan terdidik akan menjadikan kita siap menyambut puncak bonus demografi ini. Namun, apabila generasi ini tidak disiapkan maka ketimpangan, pengagguran dan kemerosotan pembangunan Indonesia sangat niscaya terjadi. Oleh karenanya segala upaya untuk menyiapkan generasi emas Indonesia adalah ikhtiar yang harus dilaksanakan, disegerakan dan dikerjakan secara bersama.
Pengurus UT Korea periode 2018.1 dan 2018.2
Universitas Terbuka (UT) Korea (Ut Korsel ) yang hadir sebagai salah satu ikhtiar untuk menyiapkan dan membekali generasi emas Indonesia di tanah rantau, pada tahun 2018 ini telah memasuki tahun ke-8. Artinya, setidaknya telah ada 4 angkatan yang berhasil lulus sebagai sarjana Strata satu (S1) dan kini telah mengambil peran di masyarkat sebagai bagian penggerak pembangunan Indonesia. Tercatat telah ada 96 lulusan UT korea yang terdiri dari 54 Mahasiswa Prodi Manajemen, 21 mahasiswa Prodi Komunikasi dan 21 mahasiswa Prodi Sastra Inggris yang kini telah tersebar di dunia kerja profesional, wirausaha bahkan ada diantaranya mampu melanjutkan pendidikan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Sebuah pencapaian yang dapat dijadikan parameter bahwa ikhtiar – ikhtiar yang dilakukan UT Korea selama ini telah memberikan dampak positif dan menjadi gambaran betapa efektifnya komunitas ini berjalan.

Dinamika perjalanan UT Korea hingga diusianya yang ke-8 tahun adalah sebuah perjuangan yang telah menorehkan rentetan angka – angka statistik. Tercatat 1056 mahasiswa telah bergabung dengan UT Korea semenjak pertama kali didirikannya komunitas ini, dengan rata – rata 400 mahasiswa aktif setiap semesternya. Dengan keterlibatan 40-an Mahasiswa Indonesia (yang sedang menempuh pendidikan S2 dan/atau S3) sebagai Tutor (pengajar) per semesternya, UT Korea mencoba terus memberikan layanan yang terbaik bagi para mahasiswa dalam menjalankan proses Tutorial Tatap Muka (TTM). Pun sistem komputerisasi atau biasa kami sebut Tutorial Online (TutOn) juga telah lama hadir sebagai penunjang kegiatan belajar mengajar. Berbagai macam aktivitas ekstrakulikuler seperti pelatihan kewirausahaan, pelatihan jurnalistik, pelatihan komputer, organisasi Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) dan lain - lainnya juga telah menjadi bagian dalam pengembangan soft skill mahasiswa. Oleh karenanya dengan segala aktivitas pendidikan dan pengembangan kapasitas diri yang ada di UT korea, tak aneh jika jumlah mahasiswa UT Korea yang hanya 1% jika dibandingkan dengan total Pekerja Migran Indonesia (PMI) di Korea, yang berjumlah sekitar 40.000 orang, mampu menjadi motor penggerak di berbagai komunitas WNI di Korea seperti mushollah – musholah dan paguyuban – paguyuban daerah. Fakta ini semakin mempertegas output dari UT Korea yang bervisi menciptakan SDM yang Berkarya dan Berpendidikan.

-------Percepapatan dan Peningkatan Kualitas Serta Kuantitas Civitas Akademika UT Korea------------

Jika usia 8 tahun kita analogikan dengan usia anak manusia, maka usia 8 tahun adalah saat dimana secara fisik kita sudah semakin kuat dan sudah mulai mampu memiliki jangakauan pergaulan yang lebih luas, rasa pecaya diri yang lebih tinggi serta mulai diajarkannya tanggung jawab - tanggung jawab yang lebih besar oleh orang – orang di sekitar kita. Oleh karenanya, saat ini adalah saat yang tepat untuk UT Korea semakin meningkatkan sinergitas dengan berbagai unsur, mengambil peran lebih banyak dalam ikhtiar berkontribusi mengembangkan SDM Indonesia di Korea dan harus semakin matang menyiapkan lulusan – lulusannya agar memiliki daya saing dan daya juang yang lebih baik. Program – program kebaikan untuk mewujudkan itu semua, telah dirancang oleh kawan – kawan pengurus, ketersediaan fasilitas pendukung telah juga disiapkan oleh elemen – elemen terkait. Maka usaha kita bersamalah yang akan menentukan keberhasilan perkembangan UT Korea pada hari ini dan masa yang akan datang.

Jika kami boleh meminjam istilah dari pendahulu kami di kepengurusan UT Korea, UT Korea adalah sebuah prasasti kebaikan. Prasasti yang telah ditancapkan dan dikembangkan secara bahu – membahu hingga hari ini oleh berbagai unsur, mulai dari: Mahasiswa melalui PERPIKA ( PERPIKA (The Indonesian Students Association in South Korea) ), Pemerintah melalui KBRI ( KBRI SEOUL ), Unit Progaram Belajar Jarak Jauh- Luar Negeri (UPBJJ-LN) UT ( UT Luar Negeri ) di Jakarta dan tentunya para Warga Negara Indonesia (WNI) lainnya yang tergabung dalam komunitas paguyuban daerah, Indonesian Community in Korea (ICC) ( SOSIAL KEMANUSIAAN ICC( Indonesian Community in Corea ) , Keluarga Muslim Indonesia (KMI) ( Bulletin Risallah Kmi ) dan lain - lainnya. Maka amanah yang kami laksanakan hari ini adalah amanah yang tak akan mungkin bisa dijalankan tanpa ada bantuan dan sinergi dari semua unsur yang ada di Korea maupun di Indonesia.

Terimakasih kami ucapkan kepada seluruh Rekan – Rekan Pengurus dan Para Tutor baik yang sedang memikul amanah ini maupun yang telah purna tugas, baik yang masih berada di Korea maupun telah kembali ke Indonesia. Terlebih kami mewakili civitas akademika UT Korea menyampaikan apresiasi tertinggi kami kepada para Koordinator Umum yakni Mas Hadi Teguh Yudistira ( 2011 – 2013 ), Mas Zulfikar Yurnaidi ( 2013 – 2014), Bang Zico Alaia ( 2014 – 2016) dan Kang Syarif Hidayat (2016 – 2018) atas pengabdiannya untuk menanamkan pondasi dan mengembangkan prasasti kebaikan kita bersama di Bumi Korea ini. Terakhir kami mohon doa semoga perjalanan UT korea di usianya yang telah 8 tahun ini akan semakin berkembang, meningkat dan melejit kualitas dan kuantitasnya serta sanggup terus menjadi komunitas yang memunculkan benih – benih kebaikan sebagai ikhtiar menyiapkan SDM Indonesia yang lebih baik di masa yang akan datang.Aaamiiin.

Salam,

a.n. Pengurus UT Korea
Rohib

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Second Level CMAS Diving License

Beberapa waktu lalu kembali mendpatkan kesempatan untuk melatih skill diving bareng teman-teman teknik. Ini adalah program kelanjutan "naik tingkat" setelah beberapa bulan sebelumnya mengikuti pula pelatihan untuk mengambil basic diving. Sama seperti basic diving yang di dapat dulu, sebelum terjun langsung ke laut, kami digojrot dulu di kolam renang sehari sebelumnya, full dari pagi sampai sore. Dilatih dasar berenang, bernafas, menahan nafas, memasang alat dan lain sebagainya. Yang berbeda untuk second level ini kami mengambil license dari POSSI ( Persatuan Olahraga Selam Seluruh Indonesia) yang menginduk pada organisasi international CMAS (Confederation Mondiale Activities Subacuatiques) sedangkan ketika first  level kami dapat dari SSI(Scuba Skill International). Bedanya apaa?? Saya juga tidak tahu banyak, sedikit penjelasan yang saya tahu bahwa kalau SSI biasa digunakan oleh orang yang ingin menagabil license "hanya" sekedar untuk selam hiburan dan l

Tentang Kelengkapan Laboratorium Hingga Segitiga Ideal

Pernah kah anda menghitung harga satu lembar kertas tissue yang anda gunakan? Kalau belum, coba anda hitung dengan cara membagi harga tissue yang anda beli dengan jumlah helai kertas tissue yang didapatkan. (Ga ada kerjaan amat siih. Hehehe) Hari ini saya menghitung kertas tissue yang ada dalam foto di bawah ini: Kimtech Tissue Tahukah anda berapa harga per lembarnya? Harganya adalaaaahh (jreeeeng jreeng jreeeng) 170 KRW atau jika diasumsikan 1 KRW= 11 IDR maka harganya sama dengan Rp. 1.870,- Ya harganya segitu, jangan heran ya (entah karena kemahalan atau begitu murah, tapi bagi saya sih, Muahaal bingiiit) hehehe. Tissue ini adalah salah satu bahan “sepele” yang digunakan dalam keseharian kami beraktivitas di laboratorium. Kami mengunakannya untuk mengelap beberapa alat praktikum dan beberapa bahan uji yang membutuhkan pengeringan yang baik.Saya menemukannya baru ketika di negeri ini (korea .red), padahal dunia laboratorium bukan lah hal asing bagi saya di Indonesia.

Surface Hardening

Untuk merefresh kembali materi kuliah ketika S1 dulu, saya ingi mengulang kembali beberapa materi yang mungkin nanti akan jadi makanan keseharian saya di laboratorium pengembangan paduan (Alloy Development) di Yeungnam University ini. Materi pertama yang ingin saya review adalah tentang proses pengerasan pada permukaan material. Beberapa hal yang menjadi alasan untuk melalkukan surface treatment diantaranya sebagai berikut : -        Menaikain ketahanan Aus -        Menaikkan kekerasan permukaan hingga sedalam 0,1 -0,5 mm -        Menambah ketahanan permukaan terhadap beban mekanis -        Memperbaiki ketahanan fatik Proses pengerasan pada material dapat dibagi menjadi 2 macam penggolongan yakni pengerasan secara termal/ selective heat treatment dan secara termokimia . Berikut adalah penjabaran dari masing-masing jenis pengerasan tersebut. A. Termal/Selective Heat Treatment Proses selective heat treatment dilakukan dengan beberapa prosedur yakni material ya