Langsung ke konten utama

PET, PVA dan Botol Minuman Bersoda



Aah lagi pengen ngoceh tentang polimer nih.hehe. Dikarenakan beberapa hari ini intens membaca tentang polimer mengingatkan saya dengan tulisan di awal – awal blog ini tentang polimer. Jadi saya ingin diskusi dengan anda J , Anda tahu kan botol untuk kemasan minuman bersoda? Sebut saja produk yang ada pada gambar – gambar di bawah ini :

 
Nah botol – botol tersebut dibuat dari kombinasi polimer jenis Polyethylene Terephtalate (PET) dan polyvinyl alcohol (PVA). Sejatinya polymer ini memiliki sifat dan struktur berbeda dan kedua polimer ini mempunyai sifat tidak bisa menyatu menjadi satu kesatuan yang homogen (immiscible) ketika dicampur. Kalau struktur kimanya PET itu kaya gambar di bawah ini

Kalau PVA kaya yang dibawah ini:


Nah, terus apa kaitannya dengan minuman bersoda dengan PET dan PVA tadi?? Jadiiii, kombinasi dua polimer tersebut jika dalam komposisi yang benar akan membentuk struktur lamellar, kaya gambar di bawah ini :

Struktur tersebut membuat botol minuman bersoda berfungsi sebagaimana kebutuhannya. Yakni kuat dan tidak mudah berubah bentuk botolnya serta mampu menjaga minuman bersoda tetap bisa nikmat dan tidak hilang sensasi sodanya kendati telah disimpan lama. Dua sifat tersebut merupakan hasil dari dua polimer tersebut yakni PET membuat kekuatan pada botol dan PVA menjada karbondioksida pada soda tetap terjaga, karena karbondioksida tidak mampu melewati layer PVA.
Kemudian hal menarik secara teknis yang jadi pembahasan selanjutnya adalah bagaimana membuat struktur dari botol tersebut menjadi lamellar kaya gambar di atas. Di dalam proses pembuatan botol dari polimer ada salah satu metode namanya Blow moulding. Mekanisme dari blow moulding ini seperti kita meniup balon, jadi balon yang kecil itu kita tiup sampai diukuran yang kita inginkan. Nah, kalau dalam pembuatan botol untuk mendapatkan sturktur lamellar digunakan “calon botol” (perform) yang ukurannya kecil seperti tube kecil kemudian botol tersebut dipanaskan dan ditiup. proses “peniupan” akan berhenti setelah sesuai dengan mouldingnya (cetakan). Proses peniupan tersebut membuat permukaan dari botol mengalami stress ke segala arah (2 arah) yang dinamakan Biaxial stress sehingga akan didapatkan susunan PET dan PVA yang memang dari awal tidak menyatu menjadi  seperti layer.

Nah gitu ocehan tentang botol untuk minuman bersoda dan polimer. Asyiiik kan belajar material ? Apalagi hidup bersama anak (jurusan) material.eaaakkkk. Selanjutnya, tunggu lagi celoteh asyik lain tentang material  di blog ini. J

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Second Level CMAS Diving License

Beberapa waktu lalu kembali mendpatkan kesempatan untuk melatih skill diving bareng teman-teman teknik. Ini adalah program kelanjutan "naik tingkat" setelah beberapa bulan sebelumnya mengikuti pula pelatihan untuk mengambil basic diving. Sama seperti basic diving yang di dapat dulu, sebelum terjun langsung ke laut, kami digojrot dulu di kolam renang sehari sebelumnya, full dari pagi sampai sore. Dilatih dasar berenang, bernafas, menahan nafas, memasang alat dan lain sebagainya. Yang berbeda untuk second level ini kami mengambil license dari POSSI ( Persatuan Olahraga Selam Seluruh Indonesia) yang menginduk pada organisasi international CMAS (Confederation Mondiale Activities Subacuatiques) sedangkan ketika first  level kami dapat dari SSI(Scuba Skill International). Bedanya apaa?? Saya juga tidak tahu banyak, sedikit penjelasan yang saya tahu bahwa kalau SSI biasa digunakan oleh orang yang ingin menagabil license "hanya" sekedar untuk selam hiburan dan l

Tentang Kelengkapan Laboratorium Hingga Segitiga Ideal

Pernah kah anda menghitung harga satu lembar kertas tissue yang anda gunakan? Kalau belum, coba anda hitung dengan cara membagi harga tissue yang anda beli dengan jumlah helai kertas tissue yang didapatkan. (Ga ada kerjaan amat siih. Hehehe) Hari ini saya menghitung kertas tissue yang ada dalam foto di bawah ini: Kimtech Tissue Tahukah anda berapa harga per lembarnya? Harganya adalaaaahh (jreeeeng jreeng jreeeng) 170 KRW atau jika diasumsikan 1 KRW= 11 IDR maka harganya sama dengan Rp. 1.870,- Ya harganya segitu, jangan heran ya (entah karena kemahalan atau begitu murah, tapi bagi saya sih, Muahaal bingiiit) hehehe. Tissue ini adalah salah satu bahan “sepele” yang digunakan dalam keseharian kami beraktivitas di laboratorium. Kami mengunakannya untuk mengelap beberapa alat praktikum dan beberapa bahan uji yang membutuhkan pengeringan yang baik.Saya menemukannya baru ketika di negeri ini (korea .red), padahal dunia laboratorium bukan lah hal asing bagi saya di Indonesia.

Surface Hardening

Untuk merefresh kembali materi kuliah ketika S1 dulu, saya ingi mengulang kembali beberapa materi yang mungkin nanti akan jadi makanan keseharian saya di laboratorium pengembangan paduan (Alloy Development) di Yeungnam University ini. Materi pertama yang ingin saya review adalah tentang proses pengerasan pada permukaan material. Beberapa hal yang menjadi alasan untuk melalkukan surface treatment diantaranya sebagai berikut : -        Menaikain ketahanan Aus -        Menaikkan kekerasan permukaan hingga sedalam 0,1 -0,5 mm -        Menambah ketahanan permukaan terhadap beban mekanis -        Memperbaiki ketahanan fatik Proses pengerasan pada material dapat dibagi menjadi 2 macam penggolongan yakni pengerasan secara termal/ selective heat treatment dan secara termokimia . Berikut adalah penjabaran dari masing-masing jenis pengerasan tersebut. A. Termal/Selective Heat Treatment Proses selective heat treatment dilakukan dengan beberapa prosedur yakni material ya