Langsung ke konten utama

Ngobrol Tentang Pertanian

Oke, di tengah kejenuhan baca jurnal dan malah menjadi tidak produktif rasa jenuhnya, gara-gara hanya nyecroll dan ngebaca media social, tiba-tiba muncul ide pengen nulis. Ide nya sudah satu minggu lalu muncul, tepatnya ketika berdiskusi dengan professor di sebuah villa, di malam yang ga terlalu dingin namun ditemani hujan rintik yang begitu syahdu.hehehe

Jadi ceritanya, seminggu lalu saya, professor dan teman-teman satu laboratorium melakukan MT. Kegiatan yang dilakukan dalam rangka refreshing dari rutinitas keseharian di laboratorium dan juga sekalain ajang mengakrabkan satu sama lain sebagai partner di laboratorium yang sama. Kebetulan tempat MT untuk liburan musim summer kali ini di sebuah villa di daerah pegunungan, jadi tempatnya sejuk-sejuk syahdu, persis seperti suasana Puncak Bogor. Nah, disalah satu moment MT itulah kami berdiskusi dengan Prof. salah satu diskusi kami adalah tentang dunia pertanian. (Gilaa, judulnya liburan, tapi tetap aja diskusinya beraat.hahaha, tapi saya akui asyiik sih)

Salah satu bahan diskusi kami khususnya saya dan teman dari Indonesia dengan professor adalah terkait hasil-hasil pertanian di Korea. Proffesor kami bercerita bahwa dahulu buah Apel di Korea rasanya tidak semanis seperti sekarang, Hal ini menunjukkan adanya rekayasa genetika yang dilakukan di bidang pertanian. Kendati demikian di bidang pertanian Korea masih belum sehebat Negara “pujaan” mereka, AS (Amerika Serikat). Yaaa, bagi anda yang belum mengetahui Negara mana yang menjadi pujaan bagi orang Korea, maka anda tahu sekarang, Negara itu adalah United State of America (USA).  Segala aspek tentang Korea (setahu saya) selalu dibandingkan dengan Amerika, baru kemudian beberapa bidang dibandingkan dengan tetangganya, yakni China dan Jepang. 

Balik lagi ke pembicaraan tentang pertanian, Professor kami juga bercerita tentang pengalaman beliau ketika tinggal di Texas, Amerika. Beliau pernah melewati sebuah wilayah yang dipenuhi dengan tanaman Jagung. Jagung yang ditanam pun bukan sembarang jagung, karena ukurannya besar
Gambaran Jagun di America
(2 kali lipat dibandingkan jagung di Korea), warna nya kuning, ukuran bijinya hampir merata disetiap bonggol jagungnya dan yang istimewa lagi adalah rasanya sangaaat manis. Dan lebih “gila” lagi, professor mengatakan, luas lahan jagung tersebut 5 jam perjalanan naik mobil. Bisa dibayangkan, berapa hektar luas lahan jagung tersebuut?? Hal inilah salah satu yang melandasi argument prof bahwa pertanian di Korea belum sebaik di Amerika. Dan hal ini juga yang membuat prof berkesimpulan bahwa Amerika adalah Negara agraris bukan Negara industry.

Nah, sampai dipernyataan prof tentang amerika ini, saya mulai berfikir dan menyambung-nyambungkannya denga pengetahuan yang saya miliki. Daan ternyata ada benarnya juga bahwa Amerika adalah Negara Agaris, oleh karena itu tidak jarang produk-produk pertanian Amerika masuk ke beberapa Negara, karena produksi mereka sangat besar, tidak hanya mencukupi kebutuhan dalam negeri tapi juga surplus untuk bisa dijadikan ekspor. Bahkan seandainya difikir-fikir, keberadaan Amerika di organisasi World Trade Organization (WTO) sepetinya ada kaitanya dengan politik ekonomi mereka. (sedikit suudzon.Hehehe)

Sistem sawah di Bali
Menjadi sangat menarik jika seandainya, Indonesia kembali harus berfikir dan benar-benar melaksanakan apa yang dulu pernah digembar-gemborkan oleh bangsa indoneisa, yakni Negara agraris. Mengapa harus menjadi agraris? Isu kekinian yang melanda manusia disemua belahan bumi adalah isu energy dan pangan. Memang isu energy lebih mendominasi, tetapi dengan terus berkembangnya jumlah penduduk dunia dan penduduk Indonesia juga tentunya, isu pangan saya yakin akan menjadi isu besar yang akan dihadapi umat manusia tak terkecuali Indonesia. Dan jika berbicara Indonesia, maka luas wilayah dan kesuburan tanah Indonesia sudah cukup untuk menjadi jawaban bahwa Indonesia (seharusnya) berperan di ranah ini. Bahkan, hal ini pun ternyata sangat disadari betul oleh professor saya yang memberikan saran kepada saya dan teman saya untuk mencoba memikirkan tentang hal itu. Luar biasa prof kami ini, analisa dan kepeduliannya sudah lintas batas, lintas Negara, saya semakin salut dengan Anda, Prof. :)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Second Level CMAS Diving License

Beberapa waktu lalu kembali mendpatkan kesempatan untuk melatih skill diving bareng teman-teman teknik. Ini adalah program kelanjutan "naik tingkat" setelah beberapa bulan sebelumnya mengikuti pula pelatihan untuk mengambil basic diving. Sama seperti basic diving yang di dapat dulu, sebelum terjun langsung ke laut, kami digojrot dulu di kolam renang sehari sebelumnya, full dari pagi sampai sore. Dilatih dasar berenang, bernafas, menahan nafas, memasang alat dan lain sebagainya. Yang berbeda untuk second level ini kami mengambil license dari POSSI ( Persatuan Olahraga Selam Seluruh Indonesia) yang menginduk pada organisasi international CMAS (Confederation Mondiale Activities Subacuatiques) sedangkan ketika first  level kami dapat dari SSI(Scuba Skill International). Bedanya apaa?? Saya juga tidak tahu banyak, sedikit penjelasan yang saya tahu bahwa kalau SSI biasa digunakan oleh orang yang ingin menagabil license "hanya" sekedar untuk selam hiburan dan l

Tentang Kelengkapan Laboratorium Hingga Segitiga Ideal

Pernah kah anda menghitung harga satu lembar kertas tissue yang anda gunakan? Kalau belum, coba anda hitung dengan cara membagi harga tissue yang anda beli dengan jumlah helai kertas tissue yang didapatkan. (Ga ada kerjaan amat siih. Hehehe) Hari ini saya menghitung kertas tissue yang ada dalam foto di bawah ini: Kimtech Tissue Tahukah anda berapa harga per lembarnya? Harganya adalaaaahh (jreeeeng jreeng jreeeng) 170 KRW atau jika diasumsikan 1 KRW= 11 IDR maka harganya sama dengan Rp. 1.870,- Ya harganya segitu, jangan heran ya (entah karena kemahalan atau begitu murah, tapi bagi saya sih, Muahaal bingiiit) hehehe. Tissue ini adalah salah satu bahan “sepele” yang digunakan dalam keseharian kami beraktivitas di laboratorium. Kami mengunakannya untuk mengelap beberapa alat praktikum dan beberapa bahan uji yang membutuhkan pengeringan yang baik.Saya menemukannya baru ketika di negeri ini (korea .red), padahal dunia laboratorium bukan lah hal asing bagi saya di Indonesia.

Surface Hardening

Untuk merefresh kembali materi kuliah ketika S1 dulu, saya ingi mengulang kembali beberapa materi yang mungkin nanti akan jadi makanan keseharian saya di laboratorium pengembangan paduan (Alloy Development) di Yeungnam University ini. Materi pertama yang ingin saya review adalah tentang proses pengerasan pada permukaan material. Beberapa hal yang menjadi alasan untuk melalkukan surface treatment diantaranya sebagai berikut : -        Menaikain ketahanan Aus -        Menaikkan kekerasan permukaan hingga sedalam 0,1 -0,5 mm -        Menambah ketahanan permukaan terhadap beban mekanis -        Memperbaiki ketahanan fatik Proses pengerasan pada material dapat dibagi menjadi 2 macam penggolongan yakni pengerasan secara termal/ selective heat treatment dan secara termokimia . Berikut adalah penjabaran dari masing-masing jenis pengerasan tersebut. A. Termal/Selective Heat Treatment Proses selective heat treatment dilakukan dengan beberapa prosedur yakni material ya