Langsung ke konten utama

Kitab Ta’lim Muta’alim di Negeri Korea : Refleksi Hari Guru

Jumat, 15 Mei 2015 merupakan kali kedua saya memperingatai Hari Guru di Korea Selatan. Setahun lalu untuk pertama kalinya saya mengenal adanya hari guru di Korea. Sejauh saya mengikuti dan mencari tahu tentang hari guru di Korea, maka kesimpulan yang saya dapat adalah hari ini begitu spesial bagi orang Korea. Yaa, anda akan melihat banyak murid – murid baik yang “mantan” mahasiswa aka sudah lulus ataupun masih berstatus mahasiswa berseliweran di area kampus dengan membawa berbagai macam bingkisan dan bunga untuk dihadiahkan kepada guru – guru nya. Setahun lalu saya sangat takjub dengan pemandangan seperti ini, bahkan ketakjuban saya semakin bertambah ketika meperhatikan jalanan di depan kampus dipenuhi oleh pedagang bunga, sebuah situasi yang hanya bisa dijumpai ketika masa wisuda. Tahun lalu ketakjuban saya akan “dispesialkannya”  hari guru di Korea, membuat saya berkicau di media twitter untuk menceritakan kekaguman ini.  Tahun ini, saya ingin berbagi cerita lebih panjang melalui tulisan ini.

Bentuk perayaan hari guru di Korea selain dengan mendatangi guru, mengucapkan selamat hari guru dan member bingkisan adalah mengakhirinya dengan lunch atau dinner bersama.  Tahun lalu, saya masih ingat betul, professor saya tidak bisa ikut dinner bersama dengan kami karena dia ingin menemui guru nya tempo dulu. Ya (saya ulangi lagi) professor saya ingin menemui professornya yang menjadi supervisor nya tempo dulu. Professor saya tahun ini berusia 55 tahun, can you imagine how old my professor supervisor ? :) . Ikatan yang begitu sangat kuat antara Murid dan guru.

Yang menarik untuk seksama dikaji adalah mengapa orang korea begitu respect terhadap guru – guru nya.  Saya pribadi tidak tahu jelas apa alasannya, saya hanya bisa mengira-ngira alasan yang melatarbelaknginya. Adapun perkiraan aka opini saya terkait karakter orang Korea ini adalah dikarenakan pengaruh dari ajaran Confucianism. Korea layaknya Cina adalah Negara yang secara history memegang erat ajaran yang diprakarsai oleh Confucius, seorang “teolog “ yang hidup di abad 5-6 sebelum masehi dan ajarannya hampir bisa dikatakan seperti agama bagi masyarakat Cina dan Korea. Salah satu yang saya pahami dari ajaran Confucianism adalah ajaran penghormatan kepada yang lebih tua dan kepada guru-guru. Oleh karena itu, karakter ini mendarah daging hingga saat ini dalam tingkahlaku orang-orang di Korea.

Sesungguhnya jika saya merenungi (tsaaah) tingkah laku orang – orang Korea, khususnya dalam penghormatan kepada guru nya, maka saya akan teringat pada bait-bait kitab Ta’lim Muta’alim yang pernah saya dengar dan baca ketika mempelajari kitab itu. Kitab yang berisi tuntunan bagi seorang penuntut ilmu itu, menjelaskan banyak hal yang harus dan sebaiknya dilakukan oleh seorang murid termasuk di dalamnya bagaimana berhubungan dengan seorang guru. Salah satu kisah yang paling saya ingat dalam mukadimah (pembukaan) kitab itu adalah kisah kepatuhan Imam Bukhari (Periwayat hadits termasyhur) atas saran gurunya. Dikisahkan bahwa sebelum Imam Bukhori mempelajari ilmu hadits beliau memiliki ketertarikan di bidang ilmu Fiqih, oleh karena itu beliau mempelajari ilmu itu. Namun, guru nya menyuruhnya untuk berhenti belajar fiqih dan beralih mempelajari hadits. Al-hasil hingga hari ini dan masa yang akan dating karya nya yang mengumpulkan ribuan hadits menjadikan diri nya adalah salah seorang perawi termasyhur dan terpercaya. Sehingga hadits – hadits yang diriwayatkannya menjadi pegangan ( selain Alquran ) bagi umat islam untuk menjalankan segala perintah agama.


Ya, sifat patuh dan hormat kepada guru adalah sifat yang akan anda lihat pada diri murid-murid di Korea. Hari guru hanyalah salah satu momentum yang mereka jadikan sebagai simbolisasi penghormatan mereka. Maka tidak salah sepertinya kalau saya berpendapat salah satu kesuksesan dari Negara ini adalah dikarenakan kepatuhan dan penghormatan mereka pada guru – guru nya. Semoga nilai ini tertanam mendalam  dalam diri kita semua dan  kita bisa mengimplementasikan di negeri kita tercinta, Indonesia.

Komentar

  1. Setelah beberapa artikel Kang Rohib saya Konsumsi, mengingatkan saya tentang Ilmuan Muslim di Abad Pertengahan, di satu sisi mereka Pakar dalam Bidang Agama, di sisi lain mereka adalah Saintis, Astronom, Sosiolog dll. Terkhususnya mereka yang membangun Peradaban Maju di Andalusia yang mengilhami Majunya Peradaban Eropa dalam Ilmu Pengetahuan.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hmmm...terlalu lebay itu Kang Imam perumpamaannya. #DahSayaMahApaAtuh cuma anak bawang, nulis sekenanya jari ngetikin di keyboard :p...Hehehe
      Anyway, thanks for visiting my "celoteh" :)

      Hapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Second Level CMAS Diving License

Beberapa waktu lalu kembali mendpatkan kesempatan untuk melatih skill diving bareng teman-teman teknik. Ini adalah program kelanjutan "naik tingkat" setelah beberapa bulan sebelumnya mengikuti pula pelatihan untuk mengambil basic diving. Sama seperti basic diving yang di dapat dulu, sebelum terjun langsung ke laut, kami digojrot dulu di kolam renang sehari sebelumnya, full dari pagi sampai sore. Dilatih dasar berenang, bernafas, menahan nafas, memasang alat dan lain sebagainya. Yang berbeda untuk second level ini kami mengambil license dari POSSI ( Persatuan Olahraga Selam Seluruh Indonesia) yang menginduk pada organisasi international CMAS (Confederation Mondiale Activities Subacuatiques) sedangkan ketika first  level kami dapat dari SSI(Scuba Skill International). Bedanya apaa?? Saya juga tidak tahu banyak, sedikit penjelasan yang saya tahu bahwa kalau SSI biasa digunakan oleh orang yang ingin menagabil license "hanya" sekedar untuk selam hiburan dan l

Tentang Kelengkapan Laboratorium Hingga Segitiga Ideal

Pernah kah anda menghitung harga satu lembar kertas tissue yang anda gunakan? Kalau belum, coba anda hitung dengan cara membagi harga tissue yang anda beli dengan jumlah helai kertas tissue yang didapatkan. (Ga ada kerjaan amat siih. Hehehe) Hari ini saya menghitung kertas tissue yang ada dalam foto di bawah ini: Kimtech Tissue Tahukah anda berapa harga per lembarnya? Harganya adalaaaahh (jreeeeng jreeng jreeeng) 170 KRW atau jika diasumsikan 1 KRW= 11 IDR maka harganya sama dengan Rp. 1.870,- Ya harganya segitu, jangan heran ya (entah karena kemahalan atau begitu murah, tapi bagi saya sih, Muahaal bingiiit) hehehe. Tissue ini adalah salah satu bahan “sepele” yang digunakan dalam keseharian kami beraktivitas di laboratorium. Kami mengunakannya untuk mengelap beberapa alat praktikum dan beberapa bahan uji yang membutuhkan pengeringan yang baik.Saya menemukannya baru ketika di negeri ini (korea .red), padahal dunia laboratorium bukan lah hal asing bagi saya di Indonesia.

Surface Hardening

Untuk merefresh kembali materi kuliah ketika S1 dulu, saya ingi mengulang kembali beberapa materi yang mungkin nanti akan jadi makanan keseharian saya di laboratorium pengembangan paduan (Alloy Development) di Yeungnam University ini. Materi pertama yang ingin saya review adalah tentang proses pengerasan pada permukaan material. Beberapa hal yang menjadi alasan untuk melalkukan surface treatment diantaranya sebagai berikut : -        Menaikain ketahanan Aus -        Menaikkan kekerasan permukaan hingga sedalam 0,1 -0,5 mm -        Menambah ketahanan permukaan terhadap beban mekanis -        Memperbaiki ketahanan fatik Proses pengerasan pada material dapat dibagi menjadi 2 macam penggolongan yakni pengerasan secara termal/ selective heat treatment dan secara termokimia . Berikut adalah penjabaran dari masing-masing jenis pengerasan tersebut. A. Termal/Selective Heat Treatment Proses selective heat treatment dilakukan dengan beberapa prosedur yakni material ya