Langsung ke konten utama

Profesi Terhormat

Pagi tadi (16/11) ketika berjogging ria muter-muter kampus saya mendapatkan senyuman sapa yang luar biasa berarti dari seorang lelaki berpakaian seragam rapih dengan sisran rambut belah tengah yang ga kalah gagah seperti Tukul (emang Tukul belah tengah??haha) dan satu lagi yang membuat beliau berbeda adalah perlengkapan pribadinya "Sapu, skop dan tong sampah". Yaa, bapak itu adalah petugas kebersihan kampus. Petugas yang katanya outsourcing dengan gaji ga mencapai 1 juta per bulan namun jam kerjanya mengalahkan jam kuliah mahasiswa yang ngambil 24 SKS. "=_=
Pagi buta, ketika mungkin sebagian kita masih berdiam diri di kamar tidur atau paling tidak sedang santap pagi, bapak ini telah berada "di ladangnya" yang harus dia garap. Ladang pengharapan untuk mencukupi kebutuhannya dan kebutuhan orang-orang yang menunggunya di rumah.

foto : republika.co.id
 Saya terinspirasi dari bapak yang memberikan senyumnya sapaannya tadi pagi untuk bercerita tentang kisah lain dari seorang yang memiliki kegiatan yang sama seperti beliau yakni penjaga kebersihan di wilayah saya berteduh (kontrakan.red). Beliau adalah Pak Suhadi, tetangga satu RW beda RT. Setiap hari saya jumpai beliau di Masjid karena beliau juga "marbot" masjid dan dua hari sekali saya jumpai beliau bersama rekan kerjanya di depan kontrakan untuk melakukan tugas dinas menjaga kebersihan lingkungan satu RW dengan mengunpulkan sampah-sampah dari tong sampah disetiap rumah untuk dibuang ke tempat pembuangan sampah selanjutnya. Lalu apa yang spesial?? Belum merasa spesialkah kita ketika mendengar ada sebuah profesi mengumpulkan sampah-sampah dari setiap rumah? belum terbesit rasa kagumkah di hati kita ketika melihat ada pegawai yang tugasnya adalah membersihkan "sisa-sisa aktivitas kehidupan" kita? atau masih belum timbulkah rasa hormat dihati-hati kita terhadap orang yang tanpa ada khawatir membersihkan habis semua sudut-sudut kotor yang kita sendiri terkadang jangankan menyentuhnya baru melihatnya saja sudah menutupi hidung kita (padahal belum mencium bau apapun)?
Kalau rasa spesial, kagum dan hormat itu memang belum muncul, mari kita renungi bersama dengan sebuah renungan yang dimulai dari sebuah pertanyaan sederana "apa yang akan terjadi seandainya sampah-sampah di rumah/tempat tinggal kita tidak ada yang mengumpulkan/membersikan selama 1 bulan atau 1 minggu aja?" Masihkah rumah yang super mewah dikatakan rumah idaman ketika sampah-sampahnya berserakan dan bau sedapnya tercium kemana-mana? Atau apa yang terjadi seandainya setelah event konser-konser musik di GBK tidak ada petugas yang biasanya berseragam oranye menutup pesta itu dengan melakukan "operasi semut"? Masihkan rumput-rumput hijau itu terlihat menawan dari kejauhan?
foto:Tribunnews.com
 Itulah sebuah karya besar yang diciptakan oleh orang-orang seperti Pak Suhadi yang (mungkin) terkadang alpha kita untuk mengingatnya padahal begitu besar efeknya terhadap apa yang kita rasakan. Sebuah profesi terhormat itulah yang bisa saya sematkan untuk orang seperti Pak Suhadi dan bapak yang memberikan senyuman sapaannya tadi pagi. Sebuah profesi yang sama mulia nya jika harus saya membading-bandingkannya dengan profesi mulia lainnya, seperti guru dan petani-petani desa.
Saya menjadi teringat terhadap sebuah pesan yang disampaikan Ayah di meja makan ketika kami makan malam bersama." Hib, menurut ayah profesi petugas kebersihan itu adalah profesi yang sangatt mulia jangan pernah sekalipun meremehkannya dan buatlah orang-orang itu selalu dekat dengan kehidupan kamu karena jangan-jangan orang seperti mereka yang paling dekat dengan Allah". (Naaahhhh!) kalau ngomong kebersihan pasti dekat dengan agama. Saya belum tahu ajaran agama lain tentang kebersihan, yang saya tahu tentang ajaran agama islam yang begitu amat sangat dekat dengan yang namanya kebersihan. Ada hadits (yang kemudian saya ketahui katanya bukan hadits tetapi semacam "peribahasa" dalam bahasa arab).Annadhofatu Minal Iiiman. Kebersihan sebagian dari iman. dan ada anyak hadits-hadits lainnya yang menerangkan lagi. So? petugas kebersihan itu?? Merekalah yang telah mengimplementasikan sebagian imannya didalam kehidupannya. Lalu kita, sudahkah mengimplementasikan kebersihan ke dalam kehidupan kita?? Semoga sudah. dan satu lagi yang akan selalu saya ingat dari pesan ayah adalah "Jangan menyepelekan" inilah hal lain yang saya rasakan belum diimplementasikan (bahkan) oleh pembuat kebijakan. Ambil saja kasus bapak-bapak tadi pagi yang senyum sapaannya menginspirasi tulisan ini, penghargaan terhadap jeri upayanya masih jauh dari kata sebanding. Di tempat lain pun mungkin seperti itu, bahkan mungkin dihati kita yang belum muncul rasa hormat, kagum dan spesial terhadap profesi ini,itu sama artinya dengan apresiasi yang tidak setara.
Teakhir saya ingin menyampaikan sebuah fikiran sesaat saya bahwa jikalau Tuhan membuat voting untuk menentukan siapa saja yang akan dimasukkan ke dalam surganya, maka vote saya salah satunya adalah untuk mereka para penjaga kebersihan.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Second Level CMAS Diving License

Beberapa waktu lalu kembali mendpatkan kesempatan untuk melatih skill diving bareng teman-teman teknik. Ini adalah program kelanjutan "naik tingkat" setelah beberapa bulan sebelumnya mengikuti pula pelatihan untuk mengambil basic diving. Sama seperti basic diving yang di dapat dulu, sebelum terjun langsung ke laut, kami digojrot dulu di kolam renang sehari sebelumnya, full dari pagi sampai sore. Dilatih dasar berenang, bernafas, menahan nafas, memasang alat dan lain sebagainya. Yang berbeda untuk second level ini kami mengambil license dari POSSI ( Persatuan Olahraga Selam Seluruh Indonesia) yang menginduk pada organisasi international CMAS (Confederation Mondiale Activities Subacuatiques) sedangkan ketika first  level kami dapat dari SSI(Scuba Skill International). Bedanya apaa?? Saya juga tidak tahu banyak, sedikit penjelasan yang saya tahu bahwa kalau SSI biasa digunakan oleh orang yang ingin menagabil license "hanya" sekedar untuk selam hiburan dan l

Tentang Kelengkapan Laboratorium Hingga Segitiga Ideal

Pernah kah anda menghitung harga satu lembar kertas tissue yang anda gunakan? Kalau belum, coba anda hitung dengan cara membagi harga tissue yang anda beli dengan jumlah helai kertas tissue yang didapatkan. (Ga ada kerjaan amat siih. Hehehe) Hari ini saya menghitung kertas tissue yang ada dalam foto di bawah ini: Kimtech Tissue Tahukah anda berapa harga per lembarnya? Harganya adalaaaahh (jreeeeng jreeng jreeeng) 170 KRW atau jika diasumsikan 1 KRW= 11 IDR maka harganya sama dengan Rp. 1.870,- Ya harganya segitu, jangan heran ya (entah karena kemahalan atau begitu murah, tapi bagi saya sih, Muahaal bingiiit) hehehe. Tissue ini adalah salah satu bahan “sepele” yang digunakan dalam keseharian kami beraktivitas di laboratorium. Kami mengunakannya untuk mengelap beberapa alat praktikum dan beberapa bahan uji yang membutuhkan pengeringan yang baik.Saya menemukannya baru ketika di negeri ini (korea .red), padahal dunia laboratorium bukan lah hal asing bagi saya di Indonesia.

Surface Hardening

Untuk merefresh kembali materi kuliah ketika S1 dulu, saya ingi mengulang kembali beberapa materi yang mungkin nanti akan jadi makanan keseharian saya di laboratorium pengembangan paduan (Alloy Development) di Yeungnam University ini. Materi pertama yang ingin saya review adalah tentang proses pengerasan pada permukaan material. Beberapa hal yang menjadi alasan untuk melalkukan surface treatment diantaranya sebagai berikut : -        Menaikain ketahanan Aus -        Menaikkan kekerasan permukaan hingga sedalam 0,1 -0,5 mm -        Menambah ketahanan permukaan terhadap beban mekanis -        Memperbaiki ketahanan fatik Proses pengerasan pada material dapat dibagi menjadi 2 macam penggolongan yakni pengerasan secara termal/ selective heat treatment dan secara termokimia . Berikut adalah penjabaran dari masing-masing jenis pengerasan tersebut. A. Termal/Selective Heat Treatment Proses selective heat treatment dilakukan dengan beberapa prosedur yakni material ya