Hari ini tanggal 10 November tahun ke 1435 H. hehehe. Tahun ga penting yang penting adalah tanggalnya, karena semenjak Sekolah Dasar di SDN 2 Kenanga, Sumber, Cirebon dulu saya sudah wajib menghafal hari apakah taggal 10 November ini. dan jawabannya tak lain dan tak bukan adalah Hari Pahlawan.
Hari Pahlawan walaupun tidak sampai "dimerahkan" di almanak, yang ada dikamar saya khususnya, tetapi menjadi sangat spesial bagi kita, Orang Indonesia. Saya belum googling sejak tahun berapa tanggal ini ditetapkan menjadi Hari Pahlawan tapi saya hafal kenapa tanggal 10 November yang dipilih. Yuupz, kejadian heroik mempertahankan kemerdekaan di Surabaya menjadi landasan dipilihnya tanggal tersebut.
Satu hal yang menarik menurut saya dari peristiwa ini selain jiwa patriotik yang kala itu luar biasa ditunjukkan oleh arek-arek Surabaya dengan dimotori Bung Tomo adalah apa sebabnya yang memantik hal tersebut (?). Meskipun saya bukan anak sejarah apalagi sejarahwan, tetapi setidaknya saya suka baca buku sejarah, dari buku yang saya baca ini, diketahui ternyata salah satu pemantik menggeloranya semangat patriotik arek-arek Surabaya dan sekitarnya adalah "Resolusi Jihad" yang dikeluarkan oleh Kyai-kyai Jawa Timur yang dipimpin oleh KH. Hasyim Asy'ari.
Dalam "Resolusi Jihad" tersebut para kyai mewajibkan jihad kepada setiap muslim untuk melawan agresi militer yang dilakukan oleh Belanda yang datang kembali ke Indonesia untuk mencoba merebut kemerdekaan yang telah diraih Indonesia dari tangan penjajah sebelumnya, Jepang. Salah satu point yang menurut saya unik dari resolusi jihad ini adalah "sifat wajib" untuk berjihad dikenakan kepada semua muslim yang berjarak +- 80 Km dari tempat terjadinya peperangan. Nilai 80 Km ini diambil dari jarak terdekat diperbolehkannya orang mulai menjamak dan/atau mengqosor sholat ketika perjalanan. Menjadi unik karena prosedur penetapan wajib itu dilandaskan dengan sesuatu yang memang "syar'i" dan saya pikir hanya orang yang berilmu luas yang bisa memikirkan sampai sejauh itu untuk membuat maklumat "wajib jihad" seperti ini. Dan hasilnya tidak diragukan lagi, resolusi jihad ini menjadi pemantik sekaligus bara penyemangat yang tak bisa dibendung kecuali dengan satu kata "Mati syahid". Luarr biasaaa para kyai ini.
Namun sayang seribu sayang, peran besar yang dilakukan oleh para kyai ini, tidak banyak orang mengetahui karena (sejauh pengetahuan saya) dibuku sejarah sekolah ditingkat apapun tidak akan pernah menemui catatan seperti ini. Salah satu indikasi mengapa demikain adalah kepentingan penguasa untuk mengecilkan sekecil mungkin peran para kyai dikancah sejarah nasional. Terlebih lagi para kyai yang notabene nya adalah para kyai yang tergabung dalam jam'iyah NU. Dan perseteruan NU dan Orde Baru bukanlah hal yang aneh didengar maka wajar buku-buku sejarah yang dibaut pada masa orde baru dan masih dipakai juga sekarang tidak memasukkan unsur resolusi jihad ini dalam sejarah hari pahlawan.
Nah, ngomong-ngomong sejarah pasti akan panjang lebar dan akan terus menarik apalagi sama ahlinya. silahkeun mencari ahlinya kalau ingin berdiskusi lebih lanjut.hehe
Berbicara tentang pahlawan banyak sekali yang telah disematkan gelar tersebut oleh pemerintah. Mulai dari zaman sebelum kemerdekaan sampai setelah kemerdekaan semuanya ada pahlawannya. Bahkan hingga hari ini pun istilah pahlawan masih sering di-title-kan kepada beberapa golongan, misal Guru = pahlawan tanpa tanda jasa dan TKI = Palawan devisa. Nah, bagi saya, seandainya ditanya siapa pahlawan maka saya pasti jawab yang pertama adalah orang tua, Ibu dan Ayah. :). Menjadi mutlak mengapa kedua orang special ini disebut pertama sebagai seorang pahlawan bagi saya karena berbagai alasan yang mendasarinya, yang kalau saya sebut satu persatu bisa lebih dari sebuah skripsi tebalnya :D.
Kemudian seandainya ditanya siapa lagi pahlawan menurut saya maka kategori selanjutnya adalah saya sematkan kepada guru-guru saya di Musholah, madrasah (TPA), SD, SMP, SMA dan kuliah. Beliau - beliau inilah yang paling "konkret" meneruskan cita-cita para pahlawan terdahulu yakni mencerdaskan kehidupan bangsa. :). Semoga Ibu-Bapak guru ku selalu dinaungi kesehatan dan teruntuk ibu/bapak yang telah mendahului kami meninggalkan dunia ini semoga dilapangkan kuburnya (Al-fatihaah).
Terakhir tapi bukan berarti paling akhir yang ingin saya sematkan pahlawan (setidaknya bagi hidup saya) adalah Bi Karina dan Mbok Nasimah :). Dua orang luar biasa yang memberikan saya asupan di pagi dan siang hari ketika bersekolah di rentang SD-SMP. kedua orang yang satu (Bi Karina) penjual bubur di SD dan Mbok Nas penjual gorengan dan nasi kuning keliling sekitar rumah setiap pagi. Tanpa mereka saya rasa akan banyak anak sekolah yang tidak bisa optimal belajar dimasa SD dan SMP dulu :D.
Terimakasih para pahlawan, pahlawan bagi hidup kami dan bagi bangsa dan negara ini. Mari kirimkan doa bagi mereka yang telah mendahului kita dan mari doa kan semoga tetap sehat dan diberkahi sisa umurnya bagi para pahlawan yang masih bisa kita lihat dikeseharian kita.
Selamat Hari Pahlawan!
Hari Pahlawan walaupun tidak sampai "dimerahkan" di almanak, yang ada dikamar saya khususnya, tetapi menjadi sangat spesial bagi kita, Orang Indonesia. Saya belum googling sejak tahun berapa tanggal ini ditetapkan menjadi Hari Pahlawan tapi saya hafal kenapa tanggal 10 November yang dipilih. Yuupz, kejadian heroik mempertahankan kemerdekaan di Surabaya menjadi landasan dipilihnya tanggal tersebut.
Satu hal yang menarik menurut saya dari peristiwa ini selain jiwa patriotik yang kala itu luar biasa ditunjukkan oleh arek-arek Surabaya dengan dimotori Bung Tomo adalah apa sebabnya yang memantik hal tersebut (?). Meskipun saya bukan anak sejarah apalagi sejarahwan, tetapi setidaknya saya suka baca buku sejarah, dari buku yang saya baca ini, diketahui ternyata salah satu pemantik menggeloranya semangat patriotik arek-arek Surabaya dan sekitarnya adalah "Resolusi Jihad" yang dikeluarkan oleh Kyai-kyai Jawa Timur yang dipimpin oleh KH. Hasyim Asy'ari.
Dalam "Resolusi Jihad" tersebut para kyai mewajibkan jihad kepada setiap muslim untuk melawan agresi militer yang dilakukan oleh Belanda yang datang kembali ke Indonesia untuk mencoba merebut kemerdekaan yang telah diraih Indonesia dari tangan penjajah sebelumnya, Jepang. Salah satu point yang menurut saya unik dari resolusi jihad ini adalah "sifat wajib" untuk berjihad dikenakan kepada semua muslim yang berjarak +- 80 Km dari tempat terjadinya peperangan. Nilai 80 Km ini diambil dari jarak terdekat diperbolehkannya orang mulai menjamak dan/atau mengqosor sholat ketika perjalanan. Menjadi unik karena prosedur penetapan wajib itu dilandaskan dengan sesuatu yang memang "syar'i" dan saya pikir hanya orang yang berilmu luas yang bisa memikirkan sampai sejauh itu untuk membuat maklumat "wajib jihad" seperti ini. Dan hasilnya tidak diragukan lagi, resolusi jihad ini menjadi pemantik sekaligus bara penyemangat yang tak bisa dibendung kecuali dengan satu kata "Mati syahid". Luarr biasaaa para kyai ini.
Namun sayang seribu sayang, peran besar yang dilakukan oleh para kyai ini, tidak banyak orang mengetahui karena (sejauh pengetahuan saya) dibuku sejarah sekolah ditingkat apapun tidak akan pernah menemui catatan seperti ini. Salah satu indikasi mengapa demikain adalah kepentingan penguasa untuk mengecilkan sekecil mungkin peran para kyai dikancah sejarah nasional. Terlebih lagi para kyai yang notabene nya adalah para kyai yang tergabung dalam jam'iyah NU. Dan perseteruan NU dan Orde Baru bukanlah hal yang aneh didengar maka wajar buku-buku sejarah yang dibaut pada masa orde baru dan masih dipakai juga sekarang tidak memasukkan unsur resolusi jihad ini dalam sejarah hari pahlawan.
Buku yang membahas sejarah yang tak terkuak |
Saya dengan kedua orang pahlawan sejati dalam hidup ini :) |
Berbicara tentang pahlawan banyak sekali yang telah disematkan gelar tersebut oleh pemerintah. Mulai dari zaman sebelum kemerdekaan sampai setelah kemerdekaan semuanya ada pahlawannya. Bahkan hingga hari ini pun istilah pahlawan masih sering di-title-kan kepada beberapa golongan, misal Guru = pahlawan tanpa tanda jasa dan TKI = Palawan devisa. Nah, bagi saya, seandainya ditanya siapa pahlawan maka saya pasti jawab yang pertama adalah orang tua, Ibu dan Ayah. :). Menjadi mutlak mengapa kedua orang special ini disebut pertama sebagai seorang pahlawan bagi saya karena berbagai alasan yang mendasarinya, yang kalau saya sebut satu persatu bisa lebih dari sebuah skripsi tebalnya :D.
Kemudian seandainya ditanya siapa lagi pahlawan menurut saya maka kategori selanjutnya adalah saya sematkan kepada guru-guru saya di Musholah, madrasah (TPA), SD, SMP, SMA dan kuliah. Beliau - beliau inilah yang paling "konkret" meneruskan cita-cita para pahlawan terdahulu yakni mencerdaskan kehidupan bangsa. :). Semoga Ibu-Bapak guru ku selalu dinaungi kesehatan dan teruntuk ibu/bapak yang telah mendahului kami meninggalkan dunia ini semoga dilapangkan kuburnya (Al-fatihaah).
Terakhir tapi bukan berarti paling akhir yang ingin saya sematkan pahlawan (setidaknya bagi hidup saya) adalah Bi Karina dan Mbok Nasimah :). Dua orang luar biasa yang memberikan saya asupan di pagi dan siang hari ketika bersekolah di rentang SD-SMP. kedua orang yang satu (Bi Karina) penjual bubur di SD dan Mbok Nas penjual gorengan dan nasi kuning keliling sekitar rumah setiap pagi. Tanpa mereka saya rasa akan banyak anak sekolah yang tidak bisa optimal belajar dimasa SD dan SMP dulu :D.
Terimakasih para pahlawan, pahlawan bagi hidup kami dan bagi bangsa dan negara ini. Mari kirimkan doa bagi mereka yang telah mendahului kita dan mari doa kan semoga tetap sehat dan diberkahi sisa umurnya bagi para pahlawan yang masih bisa kita lihat dikeseharian kita.
Selamat Hari Pahlawan!
Komentar
Posting Komentar