Langsung ke konten utama

Persaudaraan (Melawan) Covid-19


Ketika tulisan ini dibuat saya baru saja membaca dari portal pemerintah Indonesia terkait informasi terkini pandemik Covid-19 yang terjadi di Indonesia. Tercatat sebanyak 1.677 kasus positif  dan 157 orang meninggal dunia. Sementara itu hingga Selasa (31/03) tercatat pula ada 133 WNI yang tersebar di 20 negara dinyatakan positif terjangkit virus ini. Mari kita berdoa semoga yang terjangkit virus ini segala sembuh dan yang telah berpulang semoga tercatat sebagai “martir” yang kelak diganjar surga oleh-Nya.Aamiin

Namun di tengah berita duka tersebut, selalu ada gelombang kabar baik yang muncul, beberapa diantaranya muncul dari WNI yang kini berada di Korea Selatan.
Kabar baik pertama adalah hingga hari ini (02/04) -dan semoga hingga masa wabah ini berakhir-  tidak ada satupun WNI yang berdomisili di Korea Selatan positif terjangkit Covid-19. Jumlah WNI di Korea yang mencapai 40 ribuan orang, dipastikan dalam kondisi aman dari infeksi virus ini. Data tersebut telah dipastikan oleh KBRI-Seoul. Sempat tersebar kabar salah satu WNI di Kota Daegu terinfeksi, namun hasil pengetesan kembali menunjukkan WNI tersebut dalam kondisi negatif corona. Jika kita menelusuri sebab musabab kabar baik ini, maka kita bisa mengambil garis kesimpulan yang bisa menjadi pelajaran bagus untuk kita semua.

Korea yang sempat menjadi negara kedua yang memiliki jumlah kasus positif covid-19 terbanyak di dunia setelah Tiongkok, kini telah bergeser di “peringkat” belasan dengan jumlah total aktif kasus per awal April ini (hanya) 9800-an kasus. Dimana setiap harinya penambahan jumlah orang terinfeksi mulai stagnant dan dan cenderung menurun, sedangkan di saat yang bersamaan jumlah penderita di seluruh dunia meningkat sangat tajam. Kebijakan – kebijakan yang diberlakukan oleh pemerintah Korea seperti rapid dan masal tes, karantina mandiri, keterbukaan informasi terkait history perjalanan dari pasien yang positif corona,  himbauan – himbaun pencegahan melalui pesan singkat yang dikirimkan setiap hari,  hingga system pendistribusian dan penjualan masker yang tertata rapi sangat efektif menekan persebaran virus ini. Kebijakan pemerintah Korea tersebut ditambah dengan kepatuhan warga negaranya, termasuk juga WNI yang sekarang ada di Korea, adalah kunci melawan wabah ini.

Bagi WNI di Korea, program-program yang diluncurkan oleh KBRI-Seoul dalam menghadapi ancaman covid-19 juga merupakan upaya luar biasa yang dilakukan pemerintah RI untuk melindungi warga negaranya. Rabu (01/04) malam sekitar pukul 21.00, kami baru saja menyelasaikan rapat kordinasi bersama Pak Dubes Umar Hadi. Peserta yang hadir dalam rapat kordinasi ini adalah para WNI yang terdiri dari mahasiswa Indonesia, Pekerja Migran Indonesia (PMI), dan pemuka agama yang sedang ditugaskan di Korea Selatan. Hadir pula perwakilan dari Serikat Pekerja Perikanan Indonesia Cabang Korea, Asosiasi Pengusaha Indonesia di Korea dan manajemen BNI-Seoul. Para perwakilan ini tersebar dihampir seluruh kota di Korea. Para wakil yang hadir pada rapat kordinasi ini sebagian besar adalah anggota group whatsapp “Tim GerCep Covid-19”. Group whatsapp yang dibentuk oleh Konsuler KBRI-Seoul (Ibu Vevie) pada tanggal 06 Februari 2020 ini digunakan sebagai tempat berkordinasi KBRI-Seoul dengan kami yang menjadi volunteer untuk melakukan tindakan sigap jikalau ada hal-hal yang berkaitan dengan covid-19 di lingkungan WNI yang ada Korea. Tim GerCep inilah yang ingin saya sebut sebagai tim persaudaraan (melawan) Covid-19.
Diantara kami sebelumnya banyak yang tidak mengenal satu sama lain. Ada memang beberapa diantaranya yang sudah “pemeous” karena merupakan “artis” Indonesia di Korea, sebut saja misalnya artis Indonesia di Jeju Mas Marta Jaya :p, Ustadz Indonesia di Daegu Mas Yudi, dan tentunya Pak Presiden kita, Presiden PERPIKA Mas Ali Ihsanul Qauli.

Akhir februari hingga pertengahan Maret lalu adalah saat paling ramai di group whatsapp Tim Gercep Covid-19 ini. Karena saat inilah kenaikan jumlah pasien positif Covid-19 di Korea meningkat tajam, dengan epicentrumnya terjadi di kota Daegu dan provinsi Gyengsangbuk-do. Setiap hari kami saling berkabar kondisi WNI di sekitar kami. Tidak jarang handphone kami cepat habis baterainya karena banyak menjawab chat atau telfon yang masuk. Maklum no.Hp kami dipublikasikan melalui media social KBRI sebagai mitra KBRI-Seoul di wilayah sekitar tempat tinggal kami. Umumnya teman-teman kami menanyakan terkait ketersedian masker dari KBRI-Seoul untuk para WNI. Tak bisa dihindari, kami menjadi artis dadakan dan orang paling dicari.wkwkwk…Bahkan Sebagian dari kami pun mendapatkan permintaan untuk menjadi narasumber dari berbagai media di Indonesia. Maka nama atau wajah kami pun muncul di beberapa stasiun TV Indonesia yang sedang mengabarkan informasi wabah Covid-19 di Korea. Saya sendiri mendapat permintaan wawancara sebagai narasumber dari portal-portal berita online untuk menceritakan kondisi Korea saat itu.
Di tengah – tengah kepanikan warga Korea dan Kami sebagai volunteer, kami dihubungi oleh Pak Dubes satu persatu melalui video call. Pak Dubes menyemangati kami dan mengucapkan terimakasih atas bantuan para Tim Gercep Covid-19. Di saat yang bersamaan kami pun mendapatkan ucapan terimakasih dari para WNI yang terbantukan mendapatkan masker gratis dari KBRI yang disalurkan melalui kami dan pusat-pusat komunitas Indonesia seperti musholah, masjid, gereja dan kampus-kampus. Maklum waktu itu warga Korea juga sempat mengalami kepanikan sehingga ketersedian masker pun tidak mudah diperoleh di pasaran.

Hari-hari ini group whatsapp Tim Gercep Covid-19 sudah mulai “menyepi” seiring dengan semakin terkontrolnya wabah covid-19 di Korea. Namun persaudaraan tim GerCep terus berlanjut. Terlebih wabah Covid-19 justru kini melanda hampr di seluruh negara tak terkecuali Indonesia. Maka rapat kordinasi Rabu malam kemarin adalah bentuk kesiapsiagaan kami selanjutnya, yang besar kemungkinan akan menghadapi second wave (gelombang kedua) wabah Covid-19 di Korea. Gelombang kedua ini ditandai dengan penambahan jumlah pasien positif corona yang justru berasal dari para pendatang di luar Korea bukan dari penularan di dalam negara Korea. Oleh karenanya, edukasi dan transfer informasi Tim Gercep Covid-19 kepada saudara-saudara WNI di Korea yang akan melakukan perjalanan ke dan dari luar Korea (termasuk yang sudah dan akan pulang kampung ke Indonesia dan kembali ke Korea) adalah misi selanjutnya.



Selain Tim GerCep Covid-19 ini memunculkan persaudaraan dan artis-artis dadakan,wkwkw. kami juga merasakan gelombang-gelombang kabar baik lain yang hadir dari WNI di Korea. Pak Suberi ketua Komunitas Muslim Indonesia (KMI) mengabarkan bahwa warga muslim Indonesia di Korea telah melakukan penggalangan dana bantuan meresponse semakin mewabahnya covid-19 di Indonesia. Donasi tersebut hingga saat ini sudah terkumpul ±200juta rupiah dan siap dikirimkan ke Indonesia. Pun dari perkumpulan Gereja Indonesia di Korea juga sedang melakukan penggalangan bantuan untuk Indonesia. Sedangkan dari pihak CSR-CSR perusahaan besar Korea seperti LG, Hyundai, Lotte group dll, Pak Dubes mengabarkan telah terkumpul donasi sekitar 6-7 Milliar rupiah. Hal ini diluar donasi yang telah dikirimkan oleh KBRI hasil dari urunan para staff KBRI beberapa waktu sebelumnya.

Isu Alat Pelindung Diri (APD) yang juga sekarang ini urgent dibutuhkan oleh tim medis ternyata menemui titik singgungnya di Korea. Diketahui bahwa perusahaan pemroduksi APD untuk Korea pabriknya berlokasi di Indonesia. Namun untuk bisa memproduksi APD tersebut bahan bakunya masih harus didatangkan dari Korea. Sehingga supply chain kedua negara ini sedang dalam proses dipertemukan dan dikordinasikan agar kebutuhan APD yang meningkat tajam di kedua negara bisa terpenuhi.



Akhirnya, wabah Covid-19 ini begitu banyak menghasilkan pelajaran bagi kita sebagai manusia. Selain pengetahuan dan kelimuan multi bidang, rasa gotong royong, tolong menolong, teposeliro, dan kerelawanan social menjadi alat-alat yang ampuh untuk membendung pandemic virus ini. Bila meminjam bahasanya Pak Dubes, Covid-19 ini selain membawa dampak yang sangat merugikan bagi banyak kalangan  juga membawa pesan dan energi positif yang siap menggerakan berbagai potensi yang dimiliki oleh Indonesia. Karakter kita, orang Indonesia, adalah guyub dan gotong royong dalam menghadapi masalah dan tantangan. Kita sudah membuktikan hal tersebut dalam sejarah panjang bangsa kita. Kehadiran Covid-19 perlu kita yakini sebagai trigger untuk membangkitkan karakter kita dalam menghadapi dan mengatasi masalah ini serta meneruskannya untuk mebangun Indoensia kedepan. Indonesia Bisa Lawan Corona!!!!

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Second Level CMAS Diving License

Beberapa waktu lalu kembali mendpatkan kesempatan untuk melatih skill diving bareng teman-teman teknik. Ini adalah program kelanjutan "naik tingkat" setelah beberapa bulan sebelumnya mengikuti pula pelatihan untuk mengambil basic diving. Sama seperti basic diving yang di dapat dulu, sebelum terjun langsung ke laut, kami digojrot dulu di kolam renang sehari sebelumnya, full dari pagi sampai sore. Dilatih dasar berenang, bernafas, menahan nafas, memasang alat dan lain sebagainya. Yang berbeda untuk second level ini kami mengambil license dari POSSI ( Persatuan Olahraga Selam Seluruh Indonesia) yang menginduk pada organisasi international CMAS (Confederation Mondiale Activities Subacuatiques) sedangkan ketika first  level kami dapat dari SSI(Scuba Skill International). Bedanya apaa?? Saya juga tidak tahu banyak, sedikit penjelasan yang saya tahu bahwa kalau SSI biasa digunakan oleh orang yang ingin menagabil license "hanya" sekedar untuk selam hiburan dan l

Tentang Kelengkapan Laboratorium Hingga Segitiga Ideal

Pernah kah anda menghitung harga satu lembar kertas tissue yang anda gunakan? Kalau belum, coba anda hitung dengan cara membagi harga tissue yang anda beli dengan jumlah helai kertas tissue yang didapatkan. (Ga ada kerjaan amat siih. Hehehe) Hari ini saya menghitung kertas tissue yang ada dalam foto di bawah ini: Kimtech Tissue Tahukah anda berapa harga per lembarnya? Harganya adalaaaahh (jreeeeng jreeng jreeeng) 170 KRW atau jika diasumsikan 1 KRW= 11 IDR maka harganya sama dengan Rp. 1.870,- Ya harganya segitu, jangan heran ya (entah karena kemahalan atau begitu murah, tapi bagi saya sih, Muahaal bingiiit) hehehe. Tissue ini adalah salah satu bahan “sepele” yang digunakan dalam keseharian kami beraktivitas di laboratorium. Kami mengunakannya untuk mengelap beberapa alat praktikum dan beberapa bahan uji yang membutuhkan pengeringan yang baik.Saya menemukannya baru ketika di negeri ini (korea .red), padahal dunia laboratorium bukan lah hal asing bagi saya di Indonesia.

Surface Hardening

Untuk merefresh kembali materi kuliah ketika S1 dulu, saya ingi mengulang kembali beberapa materi yang mungkin nanti akan jadi makanan keseharian saya di laboratorium pengembangan paduan (Alloy Development) di Yeungnam University ini. Materi pertama yang ingin saya review adalah tentang proses pengerasan pada permukaan material. Beberapa hal yang menjadi alasan untuk melalkukan surface treatment diantaranya sebagai berikut : -        Menaikain ketahanan Aus -        Menaikkan kekerasan permukaan hingga sedalam 0,1 -0,5 mm -        Menambah ketahanan permukaan terhadap beban mekanis -        Memperbaiki ketahanan fatik Proses pengerasan pada material dapat dibagi menjadi 2 macam penggolongan yakni pengerasan secara termal/ selective heat treatment dan secara termokimia . Berikut adalah penjabaran dari masing-masing jenis pengerasan tersebut. A. Termal/Selective Heat Treatment Proses selective heat treatment dilakukan dengan beberapa prosedur yakni material ya