Langsung ke konten utama

Semesta Bertasbih

Ada yang syahdu sepanjang hari ini.
Semilir angin tak biasanya menggelitik hati ini, seperti sedang membisikan dan mengabarkan kabar gembira yang dinanti-nanti
Pun begitu dengan cuitan burung-burung kecil, berdendang bak gemuruh majelis dzikir di kala membaca lafadz tahlil.
Pohon – pohon pun terlihat aneh, tersenyum malu-malu sambil menyeringiskan kuncup – kuncup bunga yang siap merekah.
Bahkan senja pun bertingkah laku tak seperti biasanya, guratan senyum ceria nampak tergambar jelas di kuningnya langit sore ini, ditambah lagi alunan Adzan maghrib menjadi  backsound sendu pengantar bergulirnya matahari di kejauhan ufuk barat.
Aaah bahkan bulan pun tak kalah mempesona, lengkungannya malam ini seolah menjadi pelengkap penyemangat hati yang sedang penuh dengan rasa takjub akan tasbih alam semesta hari ini.
Semakin dalam menghirup udara malam ini, semakin ada rasa syukur yang menyelinap dalam dada. Disusul rasa harap bercampur ketenangan dalam  fikiran.

Sempat tak paham kenapa begitu mengalir indah dan sedikit galau detik-detik yang dilalui hari ini sebelum akhirnya tersadar bahwa rasa ini persis seperti satu tahun lalu. Persis seperti rasa yang sedang dirasakan anak rantau ketika pertama kali menginjakan kaki di negeri ini.
Perasaan yang sama persis dirasakan ketika seorang anak petani yang pergi membawa setumpuk harap sedang menempelkan dahinya di kaca sebuah bus antarprovinsi.Sebuah bus yang sedang mengantarkan setumpuk harap untuk diperjuangkan di tempatnya.
Ya, saya semakin sadar. Ternyata hari ini sudah lebih dari 365 hari saya menelusuri daratan di negeri ini. Sudah 52 minggu lebih saya memperjuangkan dan menumbuhkembangkan harapan itu.

Ooh ternyata semerbak semilir angin sedari pagi tadi sepertinya  mengabarkan setumpuk nikmat yang setahun ini telah dilimpahkan yang kesyukurannya patut untuk ditingkatkan.
Ooh rupanya cuitan burung-burung kecil itu mengisyaratkan tahmid yang harusnya terucap akan karunia selama ini yang terkadang lebih banyak ditanggapi dengan keluh.
Oooh senyum pepohonan itu sepertinya senyum pengingat akan sapaan yang terkadang alfa dilakukan setahun ini.
Dan sepertinya langit senja dan bulan sabit itupun sedang membincangkan harapan yang setahun lalu dibawa itu.


Aaah saya memang terlalu pede menerjemahkan semua nya. Tak apalah karena saya yakin semesta sedang bertasbih menyambut musim yang sedang berganti yang mengiringi jalannya seorang bocah yang sedang menumbuhkembangkan harapannya.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Biaya Hidup Ala Mahasiswa Indonesia di Korea Selatan

Tulisan ini terinspirasi karena beberapa waktu belakangan ini beberapa orang   menanyakan tentang Yeungnam University (YU)   dan bagaimana pola kehidupan anak rantau dari Indonesia yang kuliah di YU salah satu sebabnya karena tulisan saya tentang Mengapa Kuliah di Korea dan Proses kuliah di Yeungnam University . Selain itu tulisan ini juga seolah menjadi pengingat dengan apa yang saya lakukan sebelum memutuskan untuk pergi ke sini (YU red) yakni mencari tahu informasi selengkap-lengkapnya tentang kuliah dan hidup di Korea. Maka saya mencoba membuat semacam opini   tentang YU dan seluk beluknya hasil dari apa yang saya lakukan sendiri maupun hasil dengar dari kawan-kawan lainnya. Pertama ingin review dulu tentang YU. YU merupakan salah satu kampus swasta yang terletak di Kota Gyeongsan – Korea Selatan. Gyeongsan   merupakan kota kecil yang terletak di pinggiran kota Daegu, konon Daegu adalah kota terbesar ke-3 di Korea Selatan setelah Seoul dan Busan. Home...

Tentang Kelengkapan Laboratorium Hingga Segitiga Ideal

Pernah kah anda menghitung harga satu lembar kertas tissue yang anda gunakan? Kalau belum, coba anda hitung dengan cara membagi harga tissue yang anda beli dengan jumlah helai kertas tissue yang didapatkan. (Ga ada kerjaan amat siih. Hehehe) Hari ini saya menghitung kertas tissue yang ada dalam foto di bawah ini: Kimtech Tissue Tahukah anda berapa harga per lembarnya? Harganya adalaaaahh (jreeeeng jreeng jreeeng) 170 KRW atau jika diasumsikan 1 KRW= 11 IDR maka harganya sama dengan Rp. 1.870,- Ya harganya segitu, jangan heran ya (entah karena kemahalan atau begitu murah, tapi bagi saya sih, Muahaal bingiiit) hehehe. Tissue ini adalah salah satu bahan “sepele” yang digunakan dalam keseharian kami beraktivitas di laboratorium. Kami mengunakannya untuk mengelap beberapa alat praktikum dan beberapa bahan uji yang membutuhkan pengeringan yang baik.Saya menemukannya baru ketika di negeri ini (korea .red), padahal dunia laboratorium bukan lah hal asing bagi saya di Indonesia....

Interstellar: Antara Scientific Film dan Ayat Alquran

Week end kemarin untuk pertama kalinya nonton film di bioskop di negeri ini (Korea .red ). Awalnya agak skeptic   dengan kemungkinan film yang ditonton, yakni kemungkinannya adalah kalau ga menarik isi filmnya maka bisa jadi film yang ditonton di dubbing dengan bahasa Korea.Hahaha, Kalau yang kemungkinan kedua ini terjadi maka failed banget dah nonton perdana saya di negeri ini.hahaha (Maklum hanya baru bisa bilang “gamsahamnida”, “arayo” dan “mulayo” doang. heuheuheu) Film yang saya tonton adalah Interstellar . Film ini menceritakan tentang perjalanan yang dilakukan ilmuwan-ilmuwan NASA menuju planet Mars dan bersinggungan dengan black hole atau sering disebut juga mesin antar waktu.   Mungkin film seperti ini bukanlah jenis film pertama yang menceritakan kehidupan dan kondisi alam di Mars dan di ruang antar galaxy tetapi film ini menjadi menarik karena di dalam nya digambarkan fenomena-fenomena fisika dengan beberapa kali menampilkan rumus dan teori relativit...