Sebuah
nikmat yang patut selalu kita syukuri adalah kesempatan untuk selalu
mendapatkan dan menimba ilmu agama.
Kapan pun, dimanapun dan melalui apapun medianya. Kenapa ilmu agama di garis
bawahi dan tebal? Karena Saya teringat nasehat dari ustadz ketika dulu jadi “santri
kalong” (istilah yang digunakan untuk anak-anak yang belajar mengaji ke
musholah di rentang waktu setelah maghrib – isya, waktu tersebut adalah
waktunya kalong/kelelawar keluar sarang :D, istilah yang unik). Nasehat ustadz kami
adalah
طَلَبُ الْعِلْمِ فَرِيْضَةٌ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ وَمُسْلِمَةٍ
Artinya
: ”Mencari ilmu itu adalah wajib bagi setiap muslim laki-laki maupun muslim
perempuan”
Petikan
kalimat arab tersebut adalah salah satu hadits yang mengisyaratkan kita untuk
menuntut iilmu. Yang menarik dari penjelasan ustadz kami, yang sampai sekarang
sangat saya ingat, adalah kata الْعِلْمِ , yang berarti “ilmu” dan
menjadi special karena menggunakan الْ (alif
lam) dimana hal ini, menurut beliau, menunjukkan kekhususan dari makna ilmu itu
sendiri. Adapun kekhususan yang dimaksud dalam hadits tersebut adalah ilmu agama. Oleh karena itu
dikarenakan wajibnya kita menuntut ilmu agama maka sangatlah merugi kalau kita
tidak mempelajarinya.
Alhamdulillah
bagi saya pribadi (dan pastinya anda) jauhnya tubuh (fisik) ini dari suasana
majelis – majelis ilmu (agama) dikarenakan tinggal di daerah ”yang tidak
mendukung” tidak menjadikan hati dan perasaan hilang rindunya untuk terus
bergabung dalam majelis tersebut. Setidaknya meskipun belum hadir secara fisik
media apapun coba dimanfaatkan keberadaannya dalam rangka melaksanakan kewajiban
menuntut ilmu agama. Saya pribadi memiliki beberapa subscribe favorite di youtube
yang coba secara istiqomah saya lihat dengan seksama, beberapa diantaranya
adalah :
- Buya Yahya (Majelis Al-Bahjah)
- Simpan Sehat
- Noukman Ali Khan (NAK)
- Hamzah Yusuf
- CelebrateMercy
- Habib Ali Zainal Al-Hamid
- Dll
Selain
berbagai subscribe youtube chanel di atas, untuk menigmbangi diri dalam “membuang
waktu“ membaca deretan postingan di
media social maka mem-follow dan me-like fanpage yang menginfokan keilmuan
tentang islam adalah sebuah keharusan agar apa yang kita baca di media social tersebut
tidak hanya kesenangan dan curhatan semata.
Begitupun
hobby saya membaca buku-buku keislaman, coba tetap “dilestarikan” meskipun
tidak mudah mendapatkan buku-buku tersebut disini (Korea). Salah satu buku yang
sudah beberapa waktu ini saya sedang nikmati adalah buku dari Salim A. Fillah
yang berjudul “Lapis-Lapis Keberkahan”. Next , Insyallah saya akan coba membuat
resensi (versi saya :D ) dari buku ini.
Cover buku "Lapis - Lapis Keberkahan" |
Diakhir
tulisan ini, saya jadi teringat akan obrolan saya dengan salah satu mahasiswa
S3 di Yeungnam University, yang merupakan dosen di Indonesia dan beliau adalah
tempat menimba ilmu juga bagi saya baik secara pengalaman maupun keluasan pengetahuan
agama yang beliau miliki. Obrolan tersebut menghasilkan kesimpulan bahwa bagi
orang-orang yang sudah menyadari akan pentingnya ilmu (apapun itu ilmunya), semangat terbesar dalam menuntut ilmu
adalah ketika mempelajari ilmu agama karena ilmu tersebut adalah ilmu yang selalu
digunakan di keseharian kita (untuk beribadah dan berinteraksi) serta ilmu yang
takan ada habisnya sampai kita menghembuskan nafas terakhir. Selain itu,
mempelajari ilmu agama menghasilkan ketenangan karena dalam prosesnya saja kita
dijanjikan balasan berupa pahala dan hasilnya niscaya akan bermanfaat baik bagi
diri maupun orang lain.
Akhirnya,
satu kesimpulan yang coba saya jalankan dalam diri pribadi adalah apapun
aktivitas kita, dimanapun kita berada, sebagai apapun kita sekarang dan dengan
media apapun yang kita miliki mempelajari ilmu agama adalah sebuah keharusan
yang akan selalu menjadi kebutuhan kita dalam proses menuju hembusan terakhir
nafas kita kelak.
Komentar
Posting Komentar