Harta yang paling berharga adalah keluarga
Istana yang paling indah adalah keluarga
Puisi yang paling bermakna adalah keluarga
Mutiara tiada tara adalah keluarga
Selamat pagi Emak
Selamat pagi Abah
Mentari hari ini berseri indah
Terima kasih Emak
Terima kasih Abah
Untuk tampil perkasa bagi kami putra putri yang siap berbakti
Agil sama Ara! Teteh mau jualan opak dulu ya
Ya Teh...
Jangan lupa bilang sama Abah ya!
Ya Teh...
Ya,
Mau permen...
Permen, permen apa?
Permen apa aja...
A.., Teteh berangkat dulu ya...
Ya Teh...
Harta yang paling berharga adalah keluarga
Istana yang paling indah adalah keluarga
Puisi yang paling bermakna adalah keluarga
Mutiara tiada tara adalah keluarga
Selamat pagi Emak
Selamat pagi Abah
Mentari hari ini berseri indah
Terima kasih Emak
Terima kasih Abah
Untuk tampil perkasa bagi kami putra putri yang siap berbakti
Istana yang paling indah adalah keluarga
Puisi yang paling bermakna adalah keluarga
Mutiara tiada tara adalah keluarga
Selamat pagi Emak
Selamat pagi Abah
Mentari hari ini berseri indah
Terima kasih Emak
Terima kasih Abah
Untuk tampil perkasa bagi kami putra putri yang siap berbakti
Agil sama Ara! Teteh mau jualan opak dulu ya
Ya Teh...
Jangan lupa bilang sama Abah ya!
Ya Teh...
Ya,
Mau permen...
Permen, permen apa?
Permen apa aja...
A.., Teteh berangkat dulu ya...
Ya Teh...
Harta yang paling berharga adalah keluarga
Istana yang paling indah adalah keluarga
Puisi yang paling bermakna adalah keluarga
Mutiara tiada tara adalah keluarga
Selamat pagi Emak
Selamat pagi Abah
Mentari hari ini berseri indah
Terima kasih Emak
Terima kasih Abah
Untuk tampil perkasa bagi kami putra putri yang siap berbakti
Anak generasi 90-an pastilah
tahu bagaimana melantunkan lirik lagu di atas.
:) Yaaa, itu adalah lagu “Keluarga Cemara”, serial drama ber-genre kehidupan
sebuah keluarga dengan berlatarbelakangkan masyarakat Sunda. Sejauh saya
melihat film-film Indonesia, film ini adalah salah satu yang paling banyak
mengandung pesan moral yang dapat kita tiru dan praktekan dalam kehidupan
sehari-hari. Sayangnya film model ini malah semakin jarang muncul di
stasiun-stasiun TV Indonesia.huhuhu .Eh tapi ga tahu juga sih, udah hampir beberapa
tahun ga nonton TV .kkkk. Tapi jika
asumsi saya ini benar adanya, semoga segera bermunculan film dan
tayangan-tayangan positif yang jauh lebih mendidik dan bermanfaat bagi keluarga
Indonesia. Aamiiin.
Ngomong – ngomong soal
keluarga maka jika kita membahasnya akan kita dapati sebuah kata yang sangat
dekat dan bekaitan erat dengannya yakni “rumah”. Kenapa rumah?? Karena rumah adalah simbol
paling mutlak yang bisa dijadikan parameter kebahagiaan sebuah keluarga. Maka
tidak aneh jika kita sering mendengar sebuah ungkapan yang mengatakan “rumah ku
surga ku”. Di dalam Al –Quran penggambaran tentang kata “rumah” sungguh sangat
apik. Para mufasirin (Ahli tafsir)
menggambarkan bahwa rumah ideal bagi kita adalah seperti rumah semut sedangkan
rumah yang harus dihindari menjadi model adalah model rumah laba-laba.
Dalam
surat An-Naml:18-19 Al-quran mengisahkan salah satu peristiwa agung antara Nabi Sulaiman
bersama pasukannya dengan sekawanan semut. Diceritakan pada suatu ketika ada
seekor semut mengabari akan datangnya Nabi Sulaiman bersama pasukannya ke
lembah dimana para semut sedang beraktivitas. Oleh karenanya, semut tersebut
membisikan kepada rekan-rekan nya untuk kembali ke dalam rumah agar tidak
terinjak – injak oleh Nabi Sulaiman dan pasukannya. Ternyata bisik-bisik para
semut ini, terdengar jelas oleh Nabi Sulaiman sehingga beliau tersenyum dan
mengucapkan syukur atas karunia yang diberikan oleh Allah SWT berupa kemampuan
mendengarkan perbincangan para semut ini. Yang menarik dari ayat 18 surat
An-naml adalah penggunaan kata rumah untuk menggambarkan rumah semut menggunakan
kata “Masaakin” bukan “Baiti”. Kata Masakiin dekat sekali akar katanya dengan kata “sakiinah” yang berarti tentram, tenang, terhormat, aman, merasa
dilindungi, penuh kasih sayang, mantap dan memperoleh pembelaan. Kata
Sakinah adalah kata yang lumrah kita dengar sebagai salah satu tujuan dalam
berumah tangga dan menjadi doa yang sering terlantun jika kita memberikan
ucapan selamat kepada para pengantin baru, “Semoga
sakinah ma waddah wa rohmah ya”
Jika
kita dengan seksama melihat jalan cerita kisah Nabi Sulaiman dan para semut
ini, maka kita dapati salah seekor semut
mengabari akan datangnya Nabi Sulaiman dan menyuruh untuk berlindung di dalam
rumah. Kabar dari seekor semut inipun pastinya akan diteruskan pula kepada
rekan – rekannya yang lain. Para Mufasirin
menganalogikan bahwa rumah tangga seseorang haruslah seperti rumah semut ini (Masaakin). Dimana dengan berada di
dalamnya kita akan merasa terjaga dan terlindungi serta adanya saling
menasehati diantara penghuni rumah.
Lebih
jauh lagi, jika kita mencoba menelaah terkait semut, kita ketahui bahwa semut
adalah hewan yang berkoloni/berkelompok, dimana di dalamnya terdapat satu ketua
yang mengomandoi berjalannya koloni ini. Pun begitu dengan sebuah keluarga,
seorang kepala keluarga (suami/ayah) haruslah orang yang bisa mngomandoi dan
mengayomi semua anggota keluarga agar keluarga tersebut berjalan dengan baik.
Apabila kita mempelajari desain dari rumah semut, kita juga akan menemukan
bahwa rumah semut ini bertingkat – tingkat, selain tempat berlindung rumah ini digunakan
pula sebagai tempat penyimpanan cadangan makanan di kala musim dingin.
Sejatinya keluarga yang sakinnah adalah keluarga yang memenuhi hal – hal
tersebut.
Di
ayat lain tepatnya surat Al – Ankabut ayat 41, Allah SWT menceritakan kata
rumah dengan perkataan “rumah paling lemah” adalah rumah laba-laba. Penggunaan
kata rumah dalam ayat ini tidak lagi menggunakan kata “Masaakin” tetapi “Bait”.
Seperti yang diketahui, rumah/sarang laba-laba adalah rumah yang sangat lemah.
Jangankan untuk berlindung dan menangkap mangsa, sesungguhnya sarang/rumah ini jika tertiup angin maka akan rusak lah
rumah/sarang ini. Oleh karenanya, para mufasirin
mentafsiri bahwa dalam berumah tangga kita hendaknya tidak membangun rumah
layaknya seperti sarang/rumah laba – laba.
Komentar
Posting Komentar