Langsung ke konten utama

Mahasiswa: Kondisi dan Tantangannya di Era Kekinian



Pemuda adalah sosok yang selalu menarik  untuk dibahas bukan hanya karena sejarah masa lalu  yang banyak memberikan contoh manis akan peranan dan perjuangan yang super heroic  dari para pemuda dalam memperjuangkan kemerdekaan dan membesankan negara ini dari tirani penguasa tetapi juga perannanya yang selalu dinanti di zaman sekarang dan yang akan datang. Hal ini  karena pemuda merupakan generasi penerus pengisi kemerdekaan,  yang telah susah payah diperjuangkan oleh para pahlawan Republik ini. Peranan yang diambil oleh pemuda merupakan peranan sentral karena selain dinilai sebagai kekuatan energik yang memiliki banyak tenaga dan gagasan baru juga sebagai penyeimbang dan kontrol dari generasi sebelumnya, generasi tua. Dan jika berbicara tentang pemuda maka sosok mahasiswa adalah garda terdepan yang mengisi golongan ini.
Mahasiswa sebagai sosok pemuda merupakan salah satu lapisan terpenting dalam sendi tatanan kehidupan bernegara. Dalam struktur piramida kemasyarakatan posisinya berada di kasta menengah dimana dengan posisi ini mahasiswa memiliki pengetahuan dan kedekatan yang lebih tentang golongan atas-golongan penguasa negeri-yang mengatur jalannya pemerintahan, juga tentunya merupakan golongan paling bersinggungan dan merasakan kegamangan kelas bawah yakni rakyat secara keseluruhan. Oleh karena itu, mahasiswa merupakan penghubung dari dua kasta yang memiliki perbedaan tempat dan kedudukan ini. Maka sangat wajar jika mahasiswa dijadikan kepanjangan lidah dari rakyat ketika ketidakadilan diterima akibat kebijakan penguasa.
Mahasisiswa dengan tri darma perguruan tingginya yakni pendidikan dan pengajaran, penelitian serta pengabdian masyarakat, merupakan lapisan elit yang dipercaya menjadi bagian yang mampu mensinkronkan antara intelektualitas dan idealisme dalam membangun bangsa ini. Mengapa demikian? Intelektualitas karena apa yang dilaksanakan dan menjadi pondasi gagasan mahasiswa bermula dari jalan panjang pemikiran dan nalar teoritis keilmuan yang memiliki bukti secara ilmiah sehingga dapat dipertanggungjawabkan. Sedangkan Idealis karena mahasiswa (seyogyanya) adalah bagian yang belum terkungkung oleh suatu kepentingan atau golongan yang pada ujungnya tidak adanya pengkotak-kotakan akan kebermanfaatan yang dirasakan untuk bangsa ini, sehingga kepentingan rakyat adalah gagasan utama yang mewarnai pola pikir dan pola gerak mahasiswa. Maka pengasahan untuk mempertajam dua buah sifat ini, intelektualitas dan idealistis, adalah harga mati bagi mahasiswa dalam peranannya membangun bangsa ini.
            Sebagai pengabdi masyarakat peran mahasiswa terejawantahkan dalam tiga bentuk peran yaitu sebagai agent of change, iron stock  dan social control tiga peranan penting ini selalu dinanti geraknya dalam menciptakan perubahan terlebih pada era demokratisasi dan globalisasi seperti saat ini. Atmosfer yang cukup demokratis seperti saat ini, peran social control mahasiswa sangat lah dibutuhkan karena dengan kebebasan yang ada mahasiswa harus mampu memberikan control bagi berlangsungnya kehidupan bernegara lebih khusus lagi ketika timbul penyimpangan-penyimbpangan dalam pelaksanaan kehidupan bernegara. Pun begitu dengan situasi global, baik itu kawasan regional se-Asia Tenggara maupun lingkup yang lebih luas, yang sudah mau tidak mau harus dihadapi oleh bangsa ini, maka peran mahasiswa sebagai lapisan elit yang mempunyai intelektualitas tinggi harus mampu menciptakan inovasi-inovasi sesuai dengan bidang keahlianya yang dapat memperkuat kemampuan bangsa menghadapi arus globalisassi yang terjadi.
            Mahasiswa dengan keilmuan yang beragam harus mampu mengaplikasikan ilmu yang didapat untuk kemajuan bangsa ini, selain tentunya tuntutan yang mendasar adalah harus memiliki sensitifitas yang tinggi terhadap keberpihakan kepada masyarakat. Mahasiswa dengan latar belakang teknik, ekonomi, hukum, social politik dan budaya serta bidang-bidang lainnya harus menjadi pioneer dalam menggerakan arus perubahan yang sangat dinamis. Perubahan yang dipengaruhi tidak hanya dari kehidupan internalnegara tetapi juga pergumulan kehidupan antarbangsa. oleh karena itu tantangan yang ada pada masa sekarang memerlukan penyikapan dengan strategi yang tidak lagi terdikotomi oleh gerakan perseorangan atau pergolongan tetapi memerlukan penyikapan bersama (communal) dari semua golongan.
Strategi “manis” untuk menjadikan gerakan communal sebagai mainstream (arus utama) menghadapi kondisi kekinian serta menjadi langkah konkret peran mahasiswa dalam menggiring kehidupan social bangsa ini kearah yang lebih baik menjadi sebuah ironi ketika tantangan internal jauh lebih kuat menghadang. Tantangan itu muncul ketika gerakan dan peranan mahasiswa pada era kekinian telah terkungkung dalam sebuah laboratorium yang membesarkan dirinya sendiri yakni kampus. Kecenderungan yang terjadi adalah mahasiswa menjadi individu-individu atau kelompok-kelompok yang hanya bertarung dan berjuang dalam ranah kepentingan kelompoknya, mahasiswa tak lagi banyak memikirkan dan merasakan kegamangan yang dirasakan oleh lapisan kalangan bawah-rakyat- lapisan yang harusnya menjadi golongan yang diperjuangkan keadilannya. Sehingga sifat mahasiswa kekinian adalah bagaikan sebuah komunitas dalam rumah kaca yang mampu dilihat dari luar namun tak dapat menyentuh ataupun disentuh. Hal ini adalah autokritik bagi mahasiswa yang dalam satu decade meyambut era reformasi yang terbentuk oleh generasi sebelumnya menjadi tak bermakana karena tidak mampu menjalankan perannanya. Lebih parah lagi ketika gelagat yang ditunjukkan menggambarkan mahasiswa adalah kepanjangan tangan yang selalu dimanfaatkan oleh elit penguasa demi kepentingannya sendiri.
Dengan kondisi  kehidupan kepemudaan khususnya mahasiswa yang memncerminkan disorientasi peran maka perlu reorientasi penyegaran tujuan untuk kembali bagi para pemuda khususnya mahasiswa berjalan lurus menyusuri track yang telah tergariskan. Oleh karena itu, pengusungan untuk menggerakkan kekuatan komunitas tanpa ada sekat pembatas dan penajaman intelektualitas adalah satu kunci yang harus kembali dibangun pada individu-individu mahasiswa. Sedangkan satu kunci lainnya adalah idealisme tanpa batas. Karena layaknya orang bijak pernah berkata “kalau bukan idealisme apalagi yang bisa dibanggakan oleh mahasiswa”.
Hidup Mahasiswa
Hidup Rakyat Indonesia  

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Second Level CMAS Diving License

Beberapa waktu lalu kembali mendpatkan kesempatan untuk melatih skill diving bareng teman-teman teknik. Ini adalah program kelanjutan "naik tingkat" setelah beberapa bulan sebelumnya mengikuti pula pelatihan untuk mengambil basic diving. Sama seperti basic diving yang di dapat dulu, sebelum terjun langsung ke laut, kami digojrot dulu di kolam renang sehari sebelumnya, full dari pagi sampai sore. Dilatih dasar berenang, bernafas, menahan nafas, memasang alat dan lain sebagainya. Yang berbeda untuk second level ini kami mengambil license dari POSSI ( Persatuan Olahraga Selam Seluruh Indonesia) yang menginduk pada organisasi international CMAS (Confederation Mondiale Activities Subacuatiques) sedangkan ketika first  level kami dapat dari SSI(Scuba Skill International). Bedanya apaa?? Saya juga tidak tahu banyak, sedikit penjelasan yang saya tahu bahwa kalau SSI biasa digunakan oleh orang yang ingin menagabil license "hanya" sekedar untuk selam hiburan dan l

Tentang Kelengkapan Laboratorium Hingga Segitiga Ideal

Pernah kah anda menghitung harga satu lembar kertas tissue yang anda gunakan? Kalau belum, coba anda hitung dengan cara membagi harga tissue yang anda beli dengan jumlah helai kertas tissue yang didapatkan. (Ga ada kerjaan amat siih. Hehehe) Hari ini saya menghitung kertas tissue yang ada dalam foto di bawah ini: Kimtech Tissue Tahukah anda berapa harga per lembarnya? Harganya adalaaaahh (jreeeeng jreeng jreeeng) 170 KRW atau jika diasumsikan 1 KRW= 11 IDR maka harganya sama dengan Rp. 1.870,- Ya harganya segitu, jangan heran ya (entah karena kemahalan atau begitu murah, tapi bagi saya sih, Muahaal bingiiit) hehehe. Tissue ini adalah salah satu bahan “sepele” yang digunakan dalam keseharian kami beraktivitas di laboratorium. Kami mengunakannya untuk mengelap beberapa alat praktikum dan beberapa bahan uji yang membutuhkan pengeringan yang baik.Saya menemukannya baru ketika di negeri ini (korea .red), padahal dunia laboratorium bukan lah hal asing bagi saya di Indonesia.

Surface Hardening

Untuk merefresh kembali materi kuliah ketika S1 dulu, saya ingi mengulang kembali beberapa materi yang mungkin nanti akan jadi makanan keseharian saya di laboratorium pengembangan paduan (Alloy Development) di Yeungnam University ini. Materi pertama yang ingin saya review adalah tentang proses pengerasan pada permukaan material. Beberapa hal yang menjadi alasan untuk melalkukan surface treatment diantaranya sebagai berikut : -        Menaikain ketahanan Aus -        Menaikkan kekerasan permukaan hingga sedalam 0,1 -0,5 mm -        Menambah ketahanan permukaan terhadap beban mekanis -        Memperbaiki ketahanan fatik Proses pengerasan pada material dapat dibagi menjadi 2 macam penggolongan yakni pengerasan secara termal/ selective heat treatment dan secara termokimia . Berikut adalah penjabaran dari masing-masing jenis pengerasan tersebut. A. Termal/Selective Heat Treatment Proses selective heat treatment dilakukan dengan beberapa prosedur yakni material ya